Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/25/2013

Vertigo





A.     DEFINISI
Ó Vertigo berasal dari bahasa yunani vertere yang artinya memutar.
Ó Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otomatik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. (www. google. com)
Ó Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. (www. medicastore.com)
Ó Vertigo adalah pusing tujuh keliling, perasaan seolah-olah dunia sekeliling mengitari penderita (vertigo objektif) atau penderita sendiri berasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). (Ramali, 2003)
Ó Vertigo adalah sensasi gerakan atau putar yang sering dijelaskan sebagai perasaan kehilangan keseimbangan, yang kadang disertai mual, rasa lemas dan kebingungan mental. (Elizabeth, 2000)
Ó Vertigo adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penerita terhadap sekitarnya atau terhadap penderita, tiba-tiba semua terasa berputar atau bergerak naik turun dihadapannya.
Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah, berkeringat dan kolaps, tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. (Pracy, siegler & stell, 1989)

B.     KLASIFIKASI

Menurut Entjep Hadjar, vertigo dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Vertigo subyektif
Vertigo yang suyektif, badannya merasa berputar, ada juga vertigo yang merupakan sensasi visual, dia seakan-akan melihat benda-benda disekelilingnya berputar, sedang badanya merasa diam.

2.      Vertigo obyektif
Vertigo objektif adalah gejala yang kita lihat bersamaan dengan terjadinya vertigo, misalnya jalan yang sempoyongan dan gerakan mata yang disebut nistagmus.
Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi tiga (Iskandar & Soepardi, 1993) yaitu:
1.      Vertigo spontan
Dikatakan vertigo spontan, bila vertigo timbul tanpa kita memberikan rangsangan pada pasien. Terjadi karena rangsangan pada saraf vestibularnya, pengrusakan misalnya disebabkan oleh infeksi, trauma, degenerasi dll,atau penekanan misalnya oleh tumor, penekanan cairan endolimf pada penyakit meniere.
2.      Vertigo posisi
Dikatakan vertigo posisi bila vertigo ditimbulkan oleh perubahan posisi kepala (digerakkan atau ditndukkan). Tidak ada keluhan sakit telinga, telinga berair, ataupun tuli.
3.      Vertigo kalori
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan sewaktu uji kalori, dan pasien mengingat-ingat serangan vertigoyang pernah dideritanya. Bila sama, maka keluhan vertigonya betul dan juga dapat diketahui kekeuatan serangannya dibandingkan dengan kekuatan vertigo kalori.
Berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, vertigo dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Vertigo perifer
Vertigo perifer terjadi jika terdapat ganguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
2.      Vertigo sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal dalam otak, khususnya dibagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
1.      Vertigo proksimal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna,tapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.
2.      Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3.      Vertigo yang serangannya mendadak/ akut, kemudian berangsur-angsur mengurang.

C.     ETIOLOGI
Peradangan telinga tengah terutama kanalis semisirkularis adalah penyebab tersering vertigo dan gangguan saraf kranialis juga dapat menyebabkan vertigo (Elisabeth, 2000).
Beberapa kelainan telinga tengah yang dapat menyebabkan vertigo ialah:
1.      Penyakit Meniere
Penyebab penyakit ini belum diketahui, kemungkinan karena pemasukan cairan dan garam yang berlebihan, bekerja terlalu berat dan pengaruh emosi. Pada penyakit ini ditemukan pelebaran labirin membranosa  disertai rusaknya sel saraf sensori pada ampula dan kohlea.
2.      Trauma
Trauma kepala sering diikuti dengan gangguan vertigo. Labirin bisa rusak karena fraktur dasar tengkorak. Keluhan vertigo dapat timbul setelah operasi mastoidektomi atau stapedektomi karena kaki stapes terganggu dan menimbulkan rangsangan pada telinga dalam biasanya hanya berlangsung sebentar saja.
3.      Labirintitis
§  Labirintitis virus
Sering timbul secara epidemik. Penderita mengalami vertigo disertai muntah-muntah tanpa adanya gejala-gejala lain pada telinga.
§  Labirintitis supuratif
Adalah komplikasi akibat kolesteatoma atik yang mengenai telinga dalam. Labirin membranosa dirusak sehingga menyebabkan tuli total. Kadang-kadang keadaan ini disertai meningitis.
4.      Vertigo Posisi
Serangan hanya berlangsung beberapa detik bila kepala digerakkan atau ditundukkan. Tidak ada keluhan sakit telinga, telinga berair, atau tuli.
Penyebab umum dari vertigo adalah :
·        Keadaan lingkungan
   Motion sicknees (mabuk darat, mabuk laut)
·        Obat-obatan
Alcohol
      Gentamisin
·        Kelainan sirkulasi
Trainsient iscemik attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
·        Kelainan telinga
-         Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxymal positional vertigo).
-         Infeksi telinga bagian kanan karena bakteri
-         Herpes zoster
-         Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
-         Peradangan saraf vestibuler
-         Penyakit meniere
·        Kelainan neurologis
-         Sclerosis multipel
-         Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada libirin, persarafannya atau keduanya
-         Tumor otak
-         Tumor yang menekan saraf vestibularis

D.    PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus-manerus menyampaikan implsnya ke pusat keseimbangan.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh diperifer atau sentral dalm kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerak yang aneh atau berlebih, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom, disamping itu respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadines, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Menurut Priguna (1999)
Susunan saraf mempunyai bagian-bagian yang mengurus soal keseimbangan  (ekuilibrum) adapun bagian itu adalah:
1.      Susunan vestibular (utrikulus, ampula, dan kanalis semi sirkularis)
2.      Serebelum
3.      Kortek serebri dan batang otak.
Impuls-impuls keseimbangan yang disampaikan kepada sebelum dan inti vestibularis merupakan informasi yang akan diteruskan kepada pusat pola gerak volunter dan reflektorik di tingkat kortek serebri. Berdasarkan informasi tersebut gerakan dan semua sikap tubuh yang mendahuluinya. Dengan demikian stabilitas tubuh dangan bagian-bagiannya terpelihara.
Adapun 3 gerakan ynag dikendalikan dalam pemeliharaan keseimbangan tersebut adalah:
1.      Gerakan volunter dari reflektorik dari kepala, leher, badan dan keempat anggota gerak.
2.      Gerakan volunter dan reflektorik kedua bola mata
3.      Gerakan involunter visceral
Dalam mekanisme pelaksanaan gerakan-gerakan tersebut korteks serebri merencanakan dan mengatur bangunan-banguanandi batang otak dan medulla spinalis. Dalam pengendalian viseromotorik, korteks serebri memberikan pesannya kepada inti vestibularis yang meneruskan keinti  vervus glsofaringeus dan vagus. Dari hal tersebut dapat dimengerti bahwa gangguan pada susunan vestibular mangakibatkan timbulnya :
1.      Kecenderungan untuuk jatuh penyimpangan gerakan volunteer ke arah lesi.
2.      Mistagmus ritmik.
3.      Mual dan muntah

E.      MENIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala vertigo :
1.      Mual
2.      Sering pusing berputar-putar
3.      Muntah
4.      Diaforesis
5.      Tinitus pada telinga yang sakit
6.      Rasa penuh pada teling
7.      Tuli yang terus bertambah (progresif)
8.      Mula-mula tinitus
9.      Pendengaran kurang.
10.  Kelemahan vasial tahap lanjut
11.  Banyak berkeringat.
Gejala-gejala pada vertigo perifer :
1.      Pandangan gelap.
2.      Rasa leleh dan stamina menurun.
3.      Jantung berdabar.
4.      Hilang keseimbangan.
5.      Tidak mampu berkonsentrasi.
6.      Perasaan seperti mabuk.
7.      Otot terasa sakit.
8.      Mual dan muntah
9.      Memoridan daya piker menurun
10.  Sensatif pada cahaya terang.
11.  Berkeringat.
Gejala-gejala pada vertigo sentral :
1.      Penglihatan ganda
2.      Sukar menelan
3.      Kelumpuhan otot-otot wajah
4.      Sakit kepala yang parah
5.      Kesadaran terganggu
6.      Tidak mampu berkata-kata
7.      Hilang koordinasi
8.      Mual dan muntah
9.      Tubuh terasa lemah

F.      KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, Suprohaita, Wardhani dan Setiowulan (2000) :
1.      Neuritis
2.      Iskemia batang otak
3.      Tumor

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan mata untuk melihat nistagmus.
2.      Pemeriksaan audiogram pada penyakit meniere biasanya ditemukan tuli perseptif.
3.      Foto rontgen untk melihat liang telinga dalam.
4.      Uji kalori untuk melihat fungsi labirin terangsang dan pada mata dapat dilihat reaksi pergerakan bola mata dalam posisi horizontal (nistagmus).
5.      Pemeriksaan neurologik untuk menyingkirkan dugaan penyakit susunan saraf pusat.
6.      Tes Nylen-barany membantu membedakan nistagmus posisional jinak dari penyebab sentral.
7.      Elektroensefalografi mencatat aktifitas otak selama aktifitas saat episode sakit kepala.

H.     PENATALAKSANAAN
Pengobatan vertigo yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan bisa dari medikametosa dan atau tindak. Medikametosa berupa simtomatis, misalnya obat-obat anti vertigo, obat-obat anti muntah.
Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi Avomin 25 mg tiap 6 jam. Kalau muntah dan vertigo hebat penderita perlu dirawat di RS. Promethazine 1,25 mg IM tiap 6 jam selama 24 jam akan mengurangi muntah dan vertigo yang hebat.
Pada fase yang tenang penderita dianjurkan untuk :
-         Mengurangi minum hanya sampai 3 gelas sehari/ banyak minum.
-         Pantang garam.
-         Berhenti merokok.
-         Tidak bekerja keras
Untuk vertigo debris dilakukan tindakan khusus terapi vibrator yaitu memberikan getaran tertentu kepada kepala didaerah mastoid. Dengan getaran yang diberikan maka kotoran yang melekat diharapkan akan hancur atau lepas.
Tidakan yang lain adalah fisioterapi,misalnya fraksi leher, atau usaha lain yang dapat melatih alat vestibuler supaya kebal terhadap rangsang yang terjadi.
Bilamana pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk menghilangkan vertigo sambil mempertahankan pendengaran.
1.      Miringotomi dan pemasangan grommet, dapat mengurangi terulangnya vertigo.
2.      Dekompresi sakus endolimfatikus untuk mengurangi tekanan didalam labirin membranosa dapat menghilangkan vertigo.
3.      Perusakan dengan ultra sonic terhadap labirin untuk mempertahankan kohlea telah dicoba pula tetapi tindakan ini sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.
Lankah-langkah berikut dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo :
1.      tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
2.      bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur.
3.      hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
4.      hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian.
5.      Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horizontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.




DAFTAR PUSTAKA

Crpenito,Lynda jual. (1998). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktek klinis. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E., Moorhous, M. F., Gelislerr, A.C. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. (1998). Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Volume 1. Jakarta : EGC.
Elizabeth, j. Cetwin. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
George L.Adams., Lawrence F.Boies., Peter H. Haigler. (1997). Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :EGC.
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=25&idktg=4&UID=20060911120923202.149.88.2.
Iskandar, N., Soepardi,E.A. (1993). Buku ajar penyakit telinga- hidung- tenggorokan. Edisi 2. Jakarta : FKUI.
Lumbatobing. (2000). Neurologis klinis pemeriksaan fisik. Jakarta : FKUI.
Mansjoer,A.,Suprahaita., Wardhani, W. Ika., Setiowulan,W. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. jilid 2. Jakarta :Media Aesculapius.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates