A. Definisi
1. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500 – 2500 gr
2. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gr
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah ( BBLER ), berat lahir < 1000 gr
Pengertian BBLR menurut beberapa ahli :
1. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gr ( Surasmi, 2003 : 30 )
2. BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa memperhatikan umur kehamilan ( Mansjoer, 2003 : 326 )
3. BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterin yang kurang dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956: 172)
B. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur :
1. Faktor ibu
Kesehatan prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung / penyakit kronik lainya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan terlalu dekat, infeksi dan trauma serta diabetes mellitus.
2. Faktor janin
Bakat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok, alcohol.
5. Faktor Lingkungan : temat tinggal d dataran tinggi radiasi dan zat – zat beracun.
6. Tidak diketahui
C. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2003 : 32 ) adalah :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah – olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang
2. Tanda dan gejala bayi dismatur menurut Surasmi ( 2003 : 34 ) adalah :
a. Bayi dismatur praterm : terlihat gejala fisik prematur ditambah dengan gejala retardasi pertumbuhan dan pelisatan
b. Bayi dismatur aterm dan posterm : terlihat pelisatan
c. Gejala insufisiensi plasenta tergantung pada saat dan lamanya bayi menderita defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung lama ( kronis )
d. Stadium bayi dismature :
1) Stadium pertama
(a) Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang
(b) Kulitnya longgar, kering seperti permanen tetapi belum terdapat noda mekonium
2) Stadium kedua
(a) Terdapat tanda stadium pertama
(b) Warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus ( karena mekonium tercampur ), amnion mengendap di kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoreksia intrauteri
3) Stadium ketiga
(a) Terdapat tanda stadium ketiga
(b) Kulit, kuku, tali pusat berwarna kuning
(c) Ditemukan tanda anoreksia intra uterin yang lama
D. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Surasmi ( 2003 : 36 ) adalah :
- Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ), pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
- Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah, kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap.
- Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru – paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru – paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru – paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat 60 – 80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.
- Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100 – 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
- Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.
- Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah
- Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau skrotum.
- Sistem Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional ( peralihan ) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksan laboratorium (www.google.co.id) didapat :
a) Pemeriksaan kadar glukosa
Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50 - 60 mg/dl dalam 72 jam pertama.Pada bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg /dl hal ini disebabkan karena cadangan makanan glikogen yang belum mencukupi ( hiploglikemi).bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/ dl
b) Pemeriksan kadar bilirubin
Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada hari pertamake hidupan, 8 mg/dl 1- 2hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. Hiperbilirubun terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.
c) Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000 mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
d) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakaan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragikprenatal/ perinatal)
e) Hemoglobin (Hb) : 15 -20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemi atau hemolisis berlebihan)
f) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 -6 jam pertama setelah kelahiran ratra- rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke tiga.
g) Pemantauan Elektrolit (Na, K. Cl), biasanya dalam batas normal pada awalnya.
h) Pemeriksaan Analisa gas darah.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Surasmi ( 2003: 42 ) adalah :
1. Hipotermia
Tanda klinis hipoternia antara lain :
a. Suhu tubuh di bawah normal
b. Kulit dingin
c. Akral dingin
d. Sianosis
2. Sindrom gawat napas
Tanda klinis sindrom gawat napas :
a. Pernapasan cepat
b. Sianosis perioral
c. Merintih waktu ekspirasi
d. Retraksi substernal dan interkosta
3. Hipoglikemia
Tanda klinis hipoglikemia antara lain :
a. Gemetar atau tremor
b. Cianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermiten
f. Tangisan lemah atau melengkung
g. Kelumpuhan atau letargi
h. Terdapat gerakan pusat mata
i. Keringat dingin
j. Hipotermia
k. Gagal jantung dan henti jantung ( Sering berbagai gejala muncul bersama – sama )
4. Perdarahan intra kranial
Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial :
a. Kegagalan umum untuk bergerak normal
b. Reflek moro menurun atau tidak ada
c. Tonus otot menurun atau tidak ada
d. Pucat dan cianosis
e. Apnea
f. Kegagalan menetek dengan baik
g. Muntah yang kuat
h. Tangisan bernada tinggi dan tajam
i. Kejang
j. Kelumpuhan
k. Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
l. Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis sedikitpun
5. Rentan terhadap infeksi
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
6. Hiperbilirubinemia
Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain :
a. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning
b. Letargi
c. Kemampuan menghisap menurun
d. Kejang
7. Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kadang kurang sedikit, struktuir kulit belum matang dan rapuh, sensibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama pada daerah yang sering tertekan.
G. Penatalaksanaan
Perawatan bayi didapat :
1. Pengaturan Suhu Badan Bayi BBLR
Bayi Prematur dengan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, oleh karena itu harus di rawat dalam incubator sehingga panas dalamnya mendekat dalam rahim. Bila bayi di rawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg 35 derajad celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2- 2,5 kg adalah 33- 34 derajad celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat di bungkus dengan kain dan di sampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan.
2. Makanan bayi BBLR
Alat pencernaan belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,sedangkan kebutuhan protein 3- 5 gr /kg BB dan kalori 110 kal / kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam seetelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sedikit demi sedikit, tetapi sering . Dapat diberikan ASI dengan sendok secara perlahan, atau sonde menuju lambung . Permulaan cairan di berikan sekitar 50 – 60 cc /kg BB /hari dan terus dinaikan mencapai sekitar 200 cc /kg BB/ hari. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150 ml/kg BB/ hari.
Penimbangan berat badan secara rutin. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi bayi dan erat kaitanya dengan kondisi tubuh.
3. Menghindari infeksi
Khususnya bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang lemah, kemampuan leokusit masih kurang, pembentukan ati body belm sempurna, dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi secara khusus dan terisolasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Catzeh, P and Robert.I. 1994. Kapita Selekta Pediatri Edisi II. Jakarta : EGC
Dongoes,M.E,and Moohose.M.F 1996. Rencana Asuhan Keperawat Maternal /Bayi : Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawat Klien. .Jalarta : EGC
Farrer,H.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Joanne C. McCloskey and Gloria M. Bulechek. 1996. IOWA Intervention Project : Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis, Missouri : Mosby – Year Book, inc.
Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Marion Johson, dkk. 2000. IOWA Intervention Project : Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis, Missouri : Mosby – Year Book, Inc.
Saifudin,A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Satharin,R.M 1986. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI.1985 Kuliah Ilmu Kesehatn Anak. Jilid III. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Winknohardjo, H..1999. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment