Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

12/12/2012

Hipospadia


Download versi lengkap disini

 A.      PENGERTIAN
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
2. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
3. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
B. ETIOLOGI
1.      Embriologi.
2.      Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis.
C. KLASIFIKASI
   Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra eksternum yaitu :
1.      Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada  pangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya bersifat asimtomatik.
2.      Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skortum.                                                                                                                                                           
3.      Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu.

D.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2.       Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
3.       Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
4.       Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.

E.  PATOFISIOLOGI
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
H. KOMPLIKASI
1.      Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2.      Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3.      Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
 Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1.      Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2.      Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
3.      Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4.      Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5.      Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6.      Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Rontgen
2.      USG sistem kemih kelamin.
3.      BNO-IVP
      Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal.

J. PENATALAKSANAAN
1.      Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
2.      Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
3.      Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a.      Operasi Hipospadia satu tahap ( ONE STAGE URETHROPLASTY )
      “Adalah tekhnik operasi sederhana yang sering digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok kearah ventral ( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih kearah proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa kulit yang sulit di tarik pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra ( saluran kencing ). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap. 


b.       Operasi Hipospadia 2 tahap
      “Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan tunelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing ) nantinya letaknya lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral/bawah penis. Tahap selanjutnya ( tahap kedua ) dilakukan uretroplasty ( pembuatan saluran kencing buatan/uretra ) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
HIPOSPADIA

A.     PENGKAJIAN
1.      Kaji biodata pasien
2.      Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,
3.      Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil
4.      Kaji keluhan utama
5.      Kaji skala nyeri (post operasi)

B.     PEMERIKSAAN FISIK
1.      Inspeksi kelainan letak meatus uretra
2.      Palpasi adanya distensi kandung kemih.

C.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
*      Pasien pre operasi
1.      Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
2.      Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik
3.      Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga dan klien.

*      Pasien post operasi
1.      Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.
2.      Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi
3.      Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
4.      Perubahan eliminasi urine berhibingan dengan trauma operasi




DAFTAR PUSTAKA



Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media  Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby

Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC

Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika

No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates