Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

12/12/2012

Obesitas





Download versi lengkap disini

 A. PENGERTIAN
  • Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. (www.medicastore.com)
  • Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas persentil ke 95 pada gravik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di AS)
  • Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net)
  • Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk)
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi:
  1. Obesitas Primer : disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makan berlebih disbanding dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.
  2. Obesitas Sekunder : yang disebabkan adanya penyakit atau kelainan congenital (mielodisklasia), endokrin (sindrom cushsing, sindrom freulich, sindrom mauriach, pseudo-paratiroidisme) atau kondisi lain (sindrom klinefelter, sindrom turner, sindrom down, dll).
Menurut patogenesis dapat dibagi menjadi dua golongan:
1.      Regulatory obesity : gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur masukan makanan.
2.      Obesitas metabolic : kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
Menurut gejala klinisnya obesitas dibagi menjadi:
1.      Obesitas sederhana (simple obesity)
      Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal / mental / fisik            lainnya, obesitas ini terjadi karena factor nutrisi.
2.      Bentuk khusus obesitas
a.       Kelainan endokrin/ hormonal
Tersering adalah sindrom cushing, pada anak yang sensitive pada pengobatan dengan hormon steroid.
b.      Kelainan somato dismorfik
Sindrom prader-willi, sindrom summit dan carpenter, sindrom Laurence-moon-biedle, dan sindrom cohen.
Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan ortopedi.
c.       Kelainan hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma, leukemia serebral, trauma kepala, dll.
Berdasarkan penggolongan berat badan, obesitas dibagi menjadi:
1.      Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%
  1. Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%
  2. Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%
      Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% diantara orang-orang yang gemuk.

C. PENYEBAB
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:
  1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh
a.       Pada Bayi
-         Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali minum harus habis.
-         Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.
-         Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.
-         Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.
b.      Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak, bedany pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
c.       Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice cream, aneka makan mie, dll.
  1. Penggunaan kalori yang kurang
Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.
  1. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan sertabagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
  1. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
-         Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma prader-willi
-         Hormonal
Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.
Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada pusat kenyang di otak.
-         Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.
  1. Factor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
  1. Aktivitas fisik
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya misalnya :

  1. Herediter (faktor keturunan)
Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.
  1. Suku / Bangsa
Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita obesitas.
  1. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang gemuk.
  2. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.
  3. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”, anak dari orang tua tunggal, dll.
  4. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.
  1. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :
  1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.
  2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.
Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel lemak.
Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.
Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.

E. MANIFESTASI KLINIK
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5 – 6 tahun dan pada masa remaja.
Gejala obesitas antara lain :
  1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).
  2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan yang lebih pendek dari usia sebayana.
  3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda (double chin).
  4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.
  5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.
  6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
  7. Perut menggantung dan sering disertai strie.
  8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitasnya.
  9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
  10. terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.
Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.

F. KOMPLIKASI
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :
  1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan aktivitas sel polimorfonuklear.
  1. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.
  1. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.
  1. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara, dll.
  1. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan teman-temannya.
Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.
  1. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat mengakibatkan :
·        Hipertensi pada masa adolensi.
·        Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna pada dewasa.
·        Diabetes.
·        Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung kongestif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi komplikasi ini.
·        Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

G. PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak.
·        Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1.      Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan.
2.      Motifasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotifasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3.      Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan berat badan.
4.      Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara aktif sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :
  1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu btol jumlahnya harus dikurangi dengan cara dielingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
  2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.
  3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi.
  4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman-temannya.
MEDIS
·        Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:
1.      Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :
    • Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan katup jantung.
    • Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin oleh sel-sel syaraf.
2.      Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat ( menghalangi penyerapan lemak di usus.

G. PENCEGAHAN
Mencegah obesitas jauh lebih baik dari pada mengobati kalau sudah terjadi obesitas. Yang penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak mengangap bahwa sehat itu identik denan gemuk.
Pendegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASi. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai disusu ( foremilk ) lemaknya sedikit, sedangkan pada akhir menyusu ( hind milk ) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan rasa “ nek “ pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian makanan tambahan diberikan mulai umur 4 bulan, dan pemberian ASI dianjurkan sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS ( kartu Menuju Sehat ) perlu untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas disik, baik melalui bermain maupun olah raga. Menonton tv hanya sebagai selingan saja.



DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.



No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates