Dislokasi adalah berpindanya tulang dari posisinya yang normal di dalam sendi dapat juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskuler.
Dislokasi pinggul kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran.
Dislokasi pinggul kongenital dari sendi panggul terjadi jika tepi bagian atas dari asetabulum gagal untuk berkembang dan terdapat malposisi dari kaput femoris. Juga diduga bahwa sendi panggul tidak stabil saat lahir dan kaput femoris berdislokasi pasial ataupun lengkap.
Insidens kondisi ini adalah:
- Dislokasi pinggul kongenital terdapat satu di antara 1000 kelahiran.
- Rasio perempuan : laki-laki adalah 7 : 1
- Insidens meningkat pada kelahiran sungsang
- Terdapat pula pada saudara kandung dari anak yang terkena.
- Pinggul kiri lebih sering terkena daripada pinggul kanan.
- Seringkali berhubungan dengan kondisi lain, seperti dengan spina bifida.
- Peningkatan insidens terdapat pada Eskimo Kanada dan kelompok Indian Amerika tertentu yang menidurkan anak mereka pada ayunan selama berbulan-bulan pertama kehidupan.
B. ETIOLOGI
1. Seks (Jenis kelamin)
Anak perempuan lebih sering terkena dibandingkan anak laki-laki.
2. Faktor Keturunan
Seringkali terdapat kejadian familiar. Seringkali pada persalinan sungsang, biasanya sisi kiri.
3. Idiopati (Belum diketahui secara pasti)
C. PATOFISIOLOGI
Dislokasi pinggul kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran.
Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke lateral sampai dislokasi komplet dari kaput femorris keluar asetabulum.
Ada tiga pola yang terlihat:
1. Subluxation à Kaput femoris berada di asetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat pemeriksaan.
2. Dislocatable à Pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi berada pada lokasi normal pada saat bayi sedang istirahat.
3. Dislocated à Pinggul berada dalam posisi dislokasi (paling parah)
Pada bayi baru lahir, kondisi itu tidak nyata karena deformitas kaput femoris dan asetabulum itu minimal dan jaringan lunak tidak berkontraksi. Kebanyakan dislokasi pinggul pada bayi baru lahir sangat tidak stabil, 60% diantaranya stabil lagi secara spontan selama minggu-minggu pertama kehidupan.
D. MANIFESTASI KLINIS
- Bayi
- Mungkin tanpa gejala yang nyata karena pergeseran femur pada bayi mungkin minimal.
- Lipatan gluteal asimetris (posisi telungkup)
- Panjang kaki yang terkena lebih pendek dari kakinya yang normal
- Abduksi pinggul terbatas pada sisi yang sakit
- Tanda Galeazzi positif
Kedua pinggul difleksikan dengan sudut 90 derajat sehingga satu lutut berada di bawah yang lain.
- Manuver Barlow positif
Tangan diletakkan di atas lutut. Tungkai teraduksi melewati garis tengah dan ke arah luar. Tanda positif adalah sensasi gerakan abnormal.
- Manuver Ortolani positif
Jari-jari tangan diletakkan di atas trokanter major saat paha terabduksi dan terangkat ke arah asetabulum. Terdengar bunyi klik pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan, dan terasa sentakan pada bayi lebih besar dan anak-anak.
- Toddler atau Anak
- Gaya berjalan seperti bebek (dislokasi bilateral dari pinggul)
- Condong ke sisi badan yang menahan beban
- Peningkatan lordosis lumbal pada saat berdiri (dislokasi bilateral dari pinggul)
- Kaki yang sakit lebih pendek dari kaki yang normal
- Tanda Trendelenburg
Ketika anak berdiri di atas kaki pada sisi yang sakit, maka panggul yang satunya lagi akan miring ke bawah, bukan sama tinggi.
E. KOMPLIKASI
- Displasia persisten
- Dislokasi kambuhan
- Nekrotis avaskuar iatrogenic pada kaput femoris
F. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan bervariasi berdasarkan beratnya manifestasi klinis dan usia anak. Jika dislokasi dapat dikoreksi dalam beberapa hari sampai minggu pertama kehidupan, displasia ini akan reversible dengan sempurna dari akan terbentuk pinggul yang normal. Selama periode neonatal, mengembalikan dan mempertahankan pinggul pada posisi fleksi dan abduksi didapat dengan menggunakan alat pengkoreksi. Pada usia 2 bulan dan 12 sampai 18 bulan, traksi dilanjutkan dengan reduksi terbuka atau tertutup (tergantung pada terjadi tidaknya kontraktur pada otot-otot aduktor dan pergeseran kaput femoris) dan digunakan gips hip spica.
2. Pada umur manapun terapi penting akan lebih efektif pada keadaan dini:
a. Lahir sampai 3 bulan.
Pada neonatus dengan kekendoran ligament dan sendi panggul yang “dapat berdislokasi”, dengan hanya mempertahankan paha dalam keadaan abduksi sudah cukup untuk menjamin hasil yang baik. Bayi berbaring dengan sendi panggul dalam fleksi penuh dan abduksi (posisi katak). Abduksi dapat dicapai dengan berbagai peralatan lembut atau kaku, mulai dari popok yang besar sekali dan sling kanvas sampai brace yang resmi. Contoh dari splint adalah: divaricator Barlow, Slint Craig dan Von Rosen atau Haeness Pavlik. Posisi ini dipertahankan selama 8-12 minggu.
b. Usia 6 bulan – 1 tahun
Jika diagnosis ditunda, maka dislokasi yang persisten akan menyebabkan perkembangan kaput femoris dan asetabulum yang abnormal. Suatu plester katak akan dikenakan menyusul dilakukannya manipulasi atau royasi eksterna. Ini dutinjau kembali dalam waktu sekitar 6 bulan.
c. Usia 1 – 3 tahun
Dilakukan reduksi tertutup dan anak ditempatkan pada suatu kerangka abduksi selama 3-4 minggu. Ekstensi kulit dikenakan pada kedua tungkai. Traksi memungkinkan gerakan bebas dan merentang tendon aduktor. Sendi panggul diabduksi setiap hari hingga dicapai abduksi sebesar 700. Pita traksi silang dikenakan pada bagian atas paha dan diletakkan suatu beban.
Jika X-ray memperlihatkan reduksi yang memuaskan, anak ditempatkan dalam posisi katak dengan sendi panggul abduksi sebesar 60-900.
d. Usia 4 – 6 tahun
Untuk kelompok umur ini, suatu traksi Pugh tinggi diperlukan dan diikuti dengan reduksi terbuka. Hal ini melibatkan osteotomi pelvic dengan rotasi femoral. Traksi selanjutnya akan dikenakan pada ungkitan rendah dengan sudut 450 dan dipertahankan selama 2-3 minggu.
e. Anak-anak yang lebih tua
Untuk anak-anak yang lebih tua, diperlukan rekonstruksi dari sendi panggul. Anak pertama kali ditempatkan pada traksi dan setelah rekonstruksi, dikenakan suatu spika panggul dan dipakai selama 4 minggu.
3. Perawatan pra dan pasca bedah
a. Rutin
b. Spesifik, berkaitan dengan perawatan anak dalam kast plaster.
4. Perawatan rutin
5. Perawatan spesifik
a. Masalah anak yang dimobilisasi
b. Aktivitas bermain
c. Kebutuhan pendidikan dari anak yang muda
6. Dukungan bagi orang tua
a. Pengenalan akan masalah mereka, dengan penjelasan mengenai pengobatan awal dan berikutnya
b. Koordinasi dari rumah sakit dan pelayanan masyarakat untuk membantu dengan susunan fisik rumah dan bila perlu sokongan keuangan.
c. Kebutuhan untuk menjamin anak dan orang tua mempertahankan kontak dengan rumah sakit untuk evaluasi yang sering. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi pada masa dewasa ketika sendi panggul dapat menjadi kaku dan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed.2. Jakarta: EGC.
Betz, Cacily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, ed.3. Jakarta: EGC.
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
Sacharin, Rosa.M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatri, ed.2. Jakarta: EGC.
Shart, John. Pendle. 1994. Ikhtisar Penyakit anak. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
www. Goegle. com.
No comments:
Post a Comment