- Diabetes Melitus ialah suatu penyakit metabolik yang menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat kekurangan insulin yang efektif. (FKUI, 1988).
- Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan berkurangnya sekresi atau penggunaan insulin yang mengakibatkan hiperglikemia, glikosuria dan ketosin. (John Rendle, 1994).
- Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona L. Wong, 2003)
- Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan. (Suriadi. 2001).
B. PENYEBAB DAN KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002:1220), klasifikasi dari Diabetes Mellitus yaitu:
1. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin-dependent diabetes mellitus [IDDM])
2. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (non insulin-dependent diabetes mellitus [NIDDM])
3. Diabetes mellitus gestasional (gestasional diabetes mellitus)
4. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Menurut Corwin (2001:542-546) penyebab dari diabetes mellitus antara lain :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus (IDDM))
Diabetes tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi autoimun sel-sel beta pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan autoimun dapat timbul setelah terinfeksi virus misalnya mumps (gondongan), rubella, sitomegalovirus kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan). Pada saat diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien.
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM))
Diabetes mellitus tipe II tampaknya berkaitan dengan kegemukan. Selain itu, pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini cukup kuat. Diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetik yang yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang berbeda atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara kedua tidak dapat berespon secara adekuat terhadap insulin. Juga mungkin terdapat kaitan genetik antara kegemukan dan rangsangan berkepanjangan reseptor-reseptor insulin. Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah rsesptor insulin yang terdapat di sel-sel. Hal ini disebut docunregulation. Mungkin pula bahwa individu yang menderita diabetes tipe II menghasilkan otoantibodi insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa. Individu tertentu yang menderita diabetes tipe II pada usia muda dan memiliki berat normal atau kurus tampaknya mengidap diabetes yang lebih erat kaitannya dengan suatu sifat yang diwariskan.
3. Diabetes mellitus Gestasional ( Gestasional Diabetes mellitus (GDM))
Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti-insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional.
4. Diabetes mellitus terkait Malnutrisi ( DMTM)
Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi sumber karbohidrat di beberapa kawasan di Asia dan Afrika berperan dalam patogenesisnya.
C. FAKTOR PENCETUS
Menurut Waspadji, Sukardji & Octarina (2002:3), faktor pencetus terjadinya diabetes mellitus yaitu :
1. Adanya infeksi cvirus (pada DM tipe I)
2. Kegemukan
3. Pola makan yang salah
4. Minum oobat yang dapat menaikkan kadar glukosa darah
5. Proses menua
6. Stress, dan lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), tepung (asam amino) dan lemak(asam lemak). Dalam proses metabolisme insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh sel beta di pancreas. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasi menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan menjadi lemah tidak ada sumber enegri di alama sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus tipe I atau IDDM (insulin dependent diabetes mellitus). Pada Diabetes Mellitus tipe II atau IDDM (non-insulin dependent diabetes mellitus) jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe I. perbedaannya adalah DM tipe II di samping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan:
· Diit tinggi lemak dan rendah karbohidrat
· Kurang gerak badan
· Faktor keturunan(herediter)
E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis penyakit diabetes mellitus menurut Corwin (2001) antara lain :
1. Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin )
Perubahan yang utama akibat hiperglikemia adalah hiperosmolalitas. Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas darah menimbulkan dehidrasi. Apabila konsentrasi glukosa darah melebihi ambang batas ginjal maka terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik inilah yang menimbulkan peningkatan pengeluaran urin (poliuria).
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus )
Polidipsia terjadi akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrai intrasel merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormon (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot
Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Gangguan aliran darah yang dijumpai pada klien diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar )
Polifagia terjadi akibat kehilangan kalori dan starvasi seluler, sehingga selera makan menjadi meningkat dan orang akan menjadi sering makan ( polifagia/Polipagia ).
5. Peningkatan angka infeksi
Peningkatan angka infeksi terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
Menurut Mansjoer, dkk (1999) gejala yang khas pada penderita diabetes mellitus berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala yang mungkin dimunculkan klien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
Sedangkan menurut Tjokroprawiro (2001) membagi gejala diabetes menjadi 2 yaitu :
I. Gejala Akut
Gejala akut adalah gejala yang timbul langsung atau tidak lama setelah klien menderita diabetes mellitus. Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu klien ke klien yang lain tidaklah selalu sama. Gejala yang disebutkan di bawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Bahkan, ada klien diabetes mellitus yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu. Gejala-gejala akut tersebut antara lain :
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu : banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), atau disingkat “3P” (polifagia, polidipsia, poliuria). Dalam fase ini biasanya klien menunjukkan berat badan yang terus naik ( bertambah gemuk ) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.
b. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang ditimbulkan oleh kurangnya insulin, dan bukan “3P” lagi melainkan hanya “2P” saja (polidipsi dan poliuria) dan beberapa keluhan lain, bahkan kadang-kadang disusul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl. Apabila hal tersebut terjadi maka klien akan merasakan : banyak minum, banyak kencing, berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Bila hal ini tidak lekas diobati maka akan timbul rasa mual, bahkan klien akan bisa jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada klien diabetes mellitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya melebihi 600 mg/dl atau kadar glukosa darah terlalu rendah (hipoglikemia), biasanya kurang dari 60 mg/dl. Dalam praktik, gejala dan penurunan berat badan inilah yang sering menjadi keluhan utama klien untuk pergi ke dokter.
II. Gejala Kronik
Kadang-kadang klien dengan penyakit diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi klien tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala ini disebut gejala kroik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah : Kesemutan (semuten ), kulit terasa panas (wedangen) atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur, kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur (biasanya sering ganti kacamata), gatal di sekitar kemaluan (terutama pada wanita ), gigi mudah goyah atau lepas, kemampuan seksual menurun (bahkan impoten), dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002:1226) Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:
· Memberikan semua unsure makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
· Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
· Memenuhi kebutuhan energi
· Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengipayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui car-cara yang aman dan praktis
· Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi factor risiko kardiovaskuler.
3. Pemantauan Glukosa dan keton
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
4. Terapi insulin
Penyuntiakn insulin dilakukan ke dalam jaringan sukutan dengan spuit khusus insulin dengan sudut penyuntikan 45 atau 90 derajat.
5. Pendidikan
Informasi yang di beriakn mencakup patofisiologi sederhana, cara-cara terapi, pencegahan komplikasi an informasi lainnya seputar Diabetes Mellitus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, dkk. (1999) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :
1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:
a. Glukosa darah biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih. Nilai normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD2 JPP < 140 mg/dl.
b. Aseton plasma atau keton, positif secara mencolok. Normalnya nagatif.
c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Nilai normalnya : 450-1000 mg /100ml.
d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya kurang dari 330 mOsm/lt. Nilai normalnya 500-850 mOsm/lt.
e. Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal : 135-145 mEq/lt).
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).
Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).
f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir. ( Normal : P 13-18 gr/dl ; W 12-16 gr/dl ).
g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. (Normal : pH 7,25-7,45).
h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. (Normal : 150-400 ribu/lt).
i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal). Nilai normalnya : 110-150 mg/mnt.
j. Amilase darah mungkin meningkat, yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari diabetes ketoasidosis (DKA). (Normal : 80-180 unit/100ml)
k. Insulin darah mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin dalam penggunaannya (endogen atau eksogen ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid. Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
2. Pemeriksaan urin, yang meliputi :
a. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Normal : Bj : 1,003-1,030
b. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor :
1. komplikasi metabolic akut
· Ketoasidosis diabetik (DKA)
· Hiperglikemia
· Hiperosmolar
· Koma nonketotik (HHNK)
· Hipoglikemia
2. Komplikasi kronik jangka panjang
· Mikroangiopati
· Retinopati diabetic
· Nefropati duabetik
· Insufisiensi
vaskular perifer
· Gangren pada ekstremitas
· Insufisiensi serebral
· Stroke
· Makroaniopati
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
Menurut Doengoes, dkk. (1999), folus pengkajian pada klien dengan DM meliputi dua hal sebagai berikut :
1. Pengkajian data dasar yang meliputi
a. Aktivitas / istirahat
Aktivitas/ isitirahat adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang diinginkan atau diperlukan ( bekerja atau bersenang-senang) dan untuk mendapatkan istirahat / tidur yang adekuat.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau berjalan.
Tanda : Takikardia dan takipneu padan keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Sirkulasi adalah kemampuan untuk mengirimkan oksigen dan nutrien yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sel.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi, nadi yang menurun / tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.
c. Integritas ego
Integritas ego adalah kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan tingkah laku untuk mengintegrasikan dan mengelola pengalaman hidup.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Eliminasi adalah kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi ), infeksi saluran kencing (ISK) baru atau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urin encer, pucat, kuning; poliuri, urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, asites.
e. Makanan atau cairan
Makanan atau cairan adalah kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunaan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu, haus.
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek, kekakuan atau distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensori
Neurosensori adalah kemampuan untuk merasakan, mengintegrasikan, dan berespon terhadap tanda-tanda internal dan eksternal.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, koma ( tahap lanjut ), gangguan memori ( baru, masa lalu ), aktivitas kejang ( tahap lanjut ).
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri atau ketidaknyamanan adalah kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan kenyamanan.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri ( sedang atau berat ).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Pernapasan adalah kemampuan untuk menyediakan dan menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi atau tidak ).
Tanda : Lapar udara, batuk, dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.
i. Keamanan
Keamanan adalah kemampuan untuk memberikan rasa aman, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Tanda dan gejalanya antara lain :
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum, parestesia.
j. Seksualitas
Seksualitas adalah ( komponen integritas ego dan interaksi sosial ) kemampuan untuk memenuhi kebutuhan atau karakteristik peran pria atau wanita.
Gejalanya antara lain :
Gejala : Rabas vagina ( cenderung infeksi ), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan atau pembelajaran
Penyuluhan atau pembelajaran adalah kemampuan untuk memasukkan dan menggunakan informasi untuk mencapai pola hidup sehat atau kesehatan yang optimal. Gejalanya antara lain :
Gejala : Faktor risiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik ( tiazid ); dilantin atau fenorbarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah), mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
l. Pertimbangan rencana pemulangan
Mungkin memerlukan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
PENGKAJIAN (Donna L. Wong : 590)
1. Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang berbahaya.
2. Riwayat keluarga
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus.
3. Riwayat Kesehatan
Terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku dan manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut:
a. Polifagi c. Polidipsi
b. Poliuria
Hal-hal lain yang perlu dikaji:
a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia
b. Satus hidrasi
c. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan kusmaul menurunnya kesadaran.
d. Kaji tingkat pengetahuan
e. Mekanisme koping
f. Kaji nafsu makan
g. Status berat badan
h. Frekuensi berkemih
i. Fatigue
j. Irirtabel
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glikosuria
Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia seperti benedict, clinitest, dan sebagainya.
b. Hiperglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya membutuhkan waktu lebih lama.
c. Ketonuria
d. Kolestrol dapat meningkat
Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah, tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L) menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti oterosklerosis lebih sering terjadi.
e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH merendah. Bila penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi karena dehidrasinya.
(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
2. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, dkk (1999), pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan: poliuri/ banyak kencing (normal : kuramg lebih 1500 ml), polidipsi/ banyak minum, polifagia/ banyak makan, kelemahan otot, berat badan menurun, kelaianan kulit : gatal, bisul-bisul, kelainan ginekologis : keputihan, pruritus pada vagina, luka tidak sembuh-sembuh, peningkatan angka infeksi, impotensi pada pria.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipertermi
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,L. J.,1999, Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis,Edisi 6,EGC,Jakarta.
Carpenito,L. J.,2000, Diagnosa Keperawatan,Edisi 6,EGC,Jakarta.
Corwin, E.J.,2001,Buku Saku Patofisiologi,EGC,Jakarta.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C.,1999.,Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,Edisi 3,EGC,Jakarta.
Engram, B.,1998., Rencan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3, EGC,Jakarta.
Isselbacher, K.J.,Braunwald, E., Martin,J.B., Fauci, A.S., & Kasper, D.L.,2000, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,EGC,Jakarta.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri,R., Wardhani, W.I., & Setiowulan, W.,1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006, Alih Bahasa: Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta.
Price, S.A., & Wilson, L.M.,2000, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku 2,Egc,Jakarta.
No comments:
Post a Comment