Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

12/12/2012

Intususepsi





Download versi lengkap disini
A. Pengertian
  1. Intususepsi atau invaginasi adalah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. ( Arifin, 2007 )
  2. Intususepsi atau invaginasi adalah bagian usus masuk ke dalam usus di bagian belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalmi intususepsi. ( Hanifah, 2007 )
  3. Intususepsi terjadi bila salah satu bagian usus masuk kebagian usus lain yang mengakibatkan obstruksi di bagian atas defek (telescoping). (Dons L. Wong, 2004)
  4. Melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain alat itu. (Kamus kedokteran Edisi Revisi, 2002)

B. Klasifikasi
Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum dinamakan intussuscipiens. Pemberian nama invaginasi tergantung hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, klasifikasinya adalah
1.       Ileocaecal   : ileum berinvaginasi ke dalam kolon asenden pada katup ileocaecal.
2.       Ileo-colic    : ileum berinvaginasi ke dalam kolon.
3.       colo-colic   : kolon berinvaginasi ke dalam kolon.
4.       ileo-ileo      : usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil.

Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendical-colica. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah ileo-colica (75%).

C. Etiologi
Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini:
1.       Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru.
2.       Cacat lahir.
3.       Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).
4.       Usus yang melintir ( volvulus ).
5.       Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ).
6.       Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas.
7.       Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi.
8.       Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya disebabkan polip usus, hemangioma dan limfosarkoma.
Pada orang dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin disebabkan oleh :
1.       Kanker pankreas.
2.       Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.
3.       Perlekatan, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
4.       Penonjolan bagian usus melalui lubang yang abnormal ( hernia ), dan usus menjadi terjepit di dalamnya.
5.       Batu empedu.
6.       Massa makanan yang tidak tercena.
7.       Sekumpulan cacing.
Pada usus besar, penyebab penyumbatannya adalah :
1.       Kanker.
2.       Usus yang melintir.
3.       Tinja yang keras.

D. Patofisiologi
Kebanyakan intususepsi adalah ileo-kolik dan jarang suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesenterium bersamanya ke dalam usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu kontriksi mesenterium sehingga menghalangi aliran darah balik. Penyumbatan intususeptum terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon tranversum, desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus-kasu yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang membentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus dan syok.

E. Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat timbul adalah
1.       Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, serangan tiap 15-30 menit dan lamanya 1-2 menit.
2.       Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis keras.
3.       Anak menjadi rewel, letargi intermiten atau progresif.
4.       Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut ).
5.       Kembung, perut berbentuk scaphoid.
6.       Muntah, kadang ada cairan empedu.
7.       Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.
8.       Nadi lemah dan cepat.
9.       Pernafasan dangkal dan cepat.
10.   Kentut jarang atau tidak ada.
11.   Diare, karena penyumbatan sebagian ( sedikit ).
12.   Sembelit, karena penyumbatan total.
13.   Palpasi abdomen teraba massa berbentuk sosis.
14.   Anoreksia, penurunan berat badan ( bila lebih lanjut ).
15.   Demam, terutama bila usus mengalami perforasi.
16.   Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly stool ).
17.   Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan nekrosis ( terry stool ).

F. Komplikasi
Bila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi seperti :
  1. Perforasi usus
Apabila kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai nekrosis jaringan segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus mengalmi penurunan sehingga menyebabkan adanya pembengkakan dan peradangan. Pembengkakan dapat menyebabkan perforasi.
  1. Syok
Sebagai akibat dari kemajuan penyakit dengan gejala yang meliputi kelesuan, denyut jantung cepat, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah, dan nafas cepat.

G. Pemeriksaan
Pada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24 % penderita. Suatu massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar teraba bila berada di belakang hati atau pada dinding yang tegang. Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan. Colok dubur memprlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.
Foto polos perut dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi  lateral dekubitus kiri ialah posis penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi. Pada foto abdomen tampak bagian proksimal invaginasi banyak darah sedangkan bagian kanan kosong.
Pemeriksaan dengan barium enema didapatkan gambaran cuping dari intususepsi. ( kontra indikasi bila sudah terdapat tanda-tanda peritonitis ).
Pada pemeriksaan ultrasonografi, intususepsi sering terlihat seperti mata sapi atau bull eye yang mencerminkan potongan transversal dari segmen usus yang terkena.

H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan dan managemen perawatan
  1. Tekanan hidrostatik barium enema.
Penurunan intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon yang hasilnya dilihat dengan X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar ¾ meter air, barium didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium sepanjang bekas invaginasi. Tindakan ini boleh dilakukan bila belum ada dehidrasi, peritonitis, distensi abdomen yang berlebih, invaginasi lebih dari 48 jam dan invaginasi rekuren. Bila barium enema tidak berhasil dan dijumpai tanda di atas, maka diperlukan reposisi operatif.
  1. Reduksi bedah:
a.       Perawatan pra bedah:
1)      Rutin
2)      Tuba nasogastrik
3)      Koreksi dehidrasi
b.       Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.
c.       Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
d.       Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.
  1. Penatalaksanaan pasca bedah:
a.       Rutin
b.      Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
c.       Pemberian oksigen
d.      Dilanjutkannya cairan intravena
e.       Antibiotik
f.        Jika dilakukan suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.
g.       Observasi fungsi vital
h.       Perawatan luka dan drain.
  1. Perawatan rutin
a.       Pemberian makanan harus diberikan kembali sesegera mungkin, yaitu jika muntah hilang dan aktivitas peristaltik memuaskan
b.      Mandi dan penanganan.
  1. Dukungan bagi orang tua.
Banyak dukungan yang diperlukan tergantung pada status umum dari anak dan tindakan pembedahan yang diambil. Kondisi anak harus dijelaskan secara lengkap dan diberikan keyakinan. Sekali kondisi umum anak mengalami perbaikan, orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.
  1. Persiapan untuk pulang ke rumah.
Bila reduksi intususepsi berhasil dan luka sembuh, anak dapat pulang ke rumah. Harus ada masa tindak lanjut jika kasus intususepsi mengalami keadaan rekuren.




DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Richard E, Behrman, dkk..1996.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2.Jakarta:EGC.
Sacharin, Rosa.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Wong, Donna L.2003.Asuhan Keperawatan  Pedoman Klinis Keperaatan Pediatrik.Jakarta:EGC.




No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates