Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/25/2013

Epilepsi





A.  Pengertian
1.    Epilepsi atau yang lebih sering disebut ayan atau sawan adalah gangguan sistem saraf pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik sel saraf secara berulang, dengan gejala penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental, dengan atau tanpa kejang-kejang (Ahmad Ramali, 2005 :114).
2.    Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan muatan listrik yang abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif Mansjoer , 2000 : 27).
3.    Epilepsi adalah serangan kehilangan atau gangguan kesadaran rekuren dan paroksimal, biasanya dengan spasme otot tonik-klonik bergantian atau tingkah laku abnormal lainnya (Helson, 2000 : 339-345).
4.    Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
(seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan berkala (Harsono, 2007).
5.    Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Judit M Wilkinson, 2002 : 576).
B.   Etiologi
1.    Menurut Pincus Catzel halaman 216-226, penyebab epilepsi yaitu:
a.    Pra Lahir-genetika
Kesalahan metabolisme herediter seperti penyakit penimbunan glikogen dan fenilketonuria. Anomali otak kongenital seperti porensefali, infeksi dalam rahim seperti rubella, penyakit cytomegalo virus, meningo-ensefalolitis dan toksoplasmosis.
b.    Perinatal
Trauma kelahiran, infeksi, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan hipokalsemia.
c.    Paska Lahir
Termasuk meningitis, trauma, ensefalitis, ensefalopati (misalnya keracunan timah hitam, gangguan elektrolit berat, neoplasma dan kelainan degeneratif SSP.
2.    Menurut Arif Mansjoer  halaman 27, penyebab epilepsi yaitu :
a.    Idiopatik
Sebagian epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.
b.    Faktor Herediter
Ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
c.    Faktor Genetik
Pada kejang demam dan breath holding spell.
d.    Kelainan Kongenital Otak
Atrofi, porensefali
e.    Gangguan Metabolik
Penurunan konsentrasi glukosa darah (Hipoglikemia), hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
1)           Glukosa digunakan dalam metabolisme dari otak. Kekurangan glukosa sama merusak seperti kekurangan oksigen.
2)           Air dan elektrolit sepanjang membrane sel bertanggungjawab bagi keadaan terangsang (eksitabilitas) neuron dan karena setiap gangguan elektrolit dapat mencetuskan konvulsi.
f.        Infeksi
Radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya, toksoplamosis.
g.    Trauma
Cedera kepala, kontusio cerebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.
h.    Neoplasma dan selaputnya
Tumor otak yang jinak (benigna) lebih sering mengakibatkan epilepsi dibaning tumor ganas. Hal ini didapatkan pada sekitar 25-40 % penderita tumor otak.
i.        Keracunan
Timbal (Pb), kamper (kapur barus), air.

3.    Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ialah faktor yang mempermudah terjadinya serangan, yaitu :
a.    Faktor sensori
Cahaya, bunyi-bunyi yang mengejutkan, air panas.
b.    Faktor sistenis
Demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (misal fenotiazin), hipoglikemia dan kelelahan fisik.
c.    Faktor mental
Stress, gangguan emosi.
d.    Haid
Penelitian menduga bahwa perubahan keseimbangan hormon semasa haid ikut berperan dalam mencetuskan serangan.

C.  Patofisiologi
Menurut Harsono, sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi). Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter seperti GABA (gamma-aminobutiric acid dan glutamat) melalui sel-sel saraf (neuron) ke organ-organ tubuh lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas, mengganggu sistem ini sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang yang merupakan salah satu ciri epilepsi.

D.  Manifestasi Klinis
Menurut Commision of Classification and Terminology of The International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai berikut :
1.    Epilepsi Parsial (Fokal, Lokal)
a.    Epilepsi Parsial Sederhana; sawan parsial dengan kesadaran tetap normal.
1)        Dengan Gejala Motorik
a)    Fokal motorik tidak menjalar : epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja
b)   Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai satu bagian tubuh dan menjalar luas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson (epilepsi  lobus  temporalis). Umumnya hampir terjadi pada semua pasien dengan struktur otak, serangan umumnya dimulai pada tangan, kaki, dan muka diakhiri dengan seizure grandmal.
c)    Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.
d)   Postural : epilepsi disertai lengan dan tungkai kaku dalam sikap tertentu.
e)    Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.
2)        Dengan gejala somatosensoris atau sensasi spesial : epilepsi disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindera dan bangkitan yang disertai vertigo.
a)        Somatosensori          : timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum
b)        Visual           : terlihat cahaya
c)        Auditorius    : terdengar sesuatu
d)        Olfaktorius   : terhidu sesuatu
e)        Gustatorius   : terkecap sesuatu
f)          Disertai vertigo
3)      Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, piloereksi, dilatasi pupil)
4)        Dengan gejala psikis
a)        Disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suatu kata atau bagian kalimat.
b)        Demensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak pernah mengalami.
c)        Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
d)        Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
e)        Ilusi
f)              Halusinasi kompleks
b.    Epilepsi Parsial kompleks / Psikomotor
1)        Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun.
a)        Dengan gejala parsial sederhana A1-A4; gejala-gejala seperti pada golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran.
b)        Dengan automatisme : gerakan-gerakan perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya menelan-nelan, berjalan, berbicara, dan lain-lain.
2)        Dengan penurunan kesadaran sejak serangan ; kesadaran menurun sejak permulaan serangan.
a)        Dengan penurunan kesadaran
b)        Dengan automatisme
c.    Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)
1)        Epilepsi Parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum
2)        Epilepsi Parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum
3)        Epilepsi Parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.
2.      Epilepsi Umum (Konvulsif / Non Konvulsif)
A.  1. Epilepsi Lena (Absence) atau Petit Mal
Kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, maka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya berlangsung selama ¼ - ½ menit dan sering dijumpai pada anak.
2.  Epilepsi Lena tak khas
a)    Gangguan tonus yang lebih jelas
b)   Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak jelas.
B.   Epilepsi Mioklonik
Terjadi kontraksi mendadak, sebentar dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot. Sekali atau berulangg-ulang dan dijumpai pada semua umur.
C.  Epilepsi Klonik
Tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelenjot. Dijumpai sekali pada anak.
D.  Epilepsi Tonik
Tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak.
E.   Epilepsi Tonik-klonik
Keadaan ini dimulai secara mendadak disertai kehilangan kesadaran. Sering dijumpai pada umur diatas balita. Kejang berlangsung kira-kira 15-30 detik. Biasanya diawali dengan aura (peringatan akan terjadi serangan lebih lanjut).
Urutannya sebagai berikut :
1.      Aura
Bentuk aura bermacam-macam, misalnya :
a)    Merasa sakit perut atau tidak enak di perut.
b)   Merasa ada sesuatu di perut, yang kemudian naik ke dada dan kepala.
c)    Nyeri kepala.
d)   Telinga berdengung.
e)    Membaui bau yang tidak sedap, atau bau busuk.
2.      Fase Tonik, yaitu kontraksi yang kaku dari semua otot. Selama fase ini lidah atau pipi dapat tergigit. Kontraksi otot mencegah pernapasan dan anak dapat menjadi biru / tidak sadar. Mulut dapat berbusa karena hembusan nafas.
3.      Fase Kronis
Selama fase ini, gerakan menghentak dimulai yang dapat menjadi keras. Cedera dapat disebabkan oleh gerakan yang kuat. Disertai inkontinensia urin dan feses.
4.      Koma
Otot mengalami relaksasi lengkap. Dapat berlangsung selama 10 menit sampai beberapa jam dan didikuti suatu periode bingung dan anak menjadi gelisah.
3.      Epilepsi Tak Tergolongkan
Termasuk golongan ini adalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, menggigil dan pernapasan yang mendadak berhenti sementara.
Kelainan yang meniru Epilepsi menurut Pincus Catzel :
1.    Serangan menahan nafas
Biaanya terjadi antara umur 6 dan 39 bulan. Biasanya dicetuskan oleh nyeri, ketakutan dan frustasi. Bayi menangis sampai semua udara dipaksa keluar dari dadanya dan cepat mengalami sianosis. Serangan berlanjut disertai atau tanpa konvulsi.
2.    Synkope (pucat pasi)
Seperti serangan menahan nafas, dapat dicetuskan oleh nyeri dan ketakutan. Anak menjadi pucat, pingsan dan mungkin disertai konvulsi. Dapat pula disertai henti jantung.
3.    Anoksia Serebrum
Dapat disebabkan oleh seranagn pingsan karena penyakit jantung kongenital.
4.    Serangan Pingsan
Lazim pada pubertas dan selama adolensen, yang berhubungan erat adalah pingsan hipotensi ortostatik.
5.    Masturbasi
Masturbasi dapat mengambil bentuk aneh pada masa kanak-kanak. Ia sering disertai goyangan berirama “flushing”, wajah dan pandangan berkonsentrasi kuat. Saat mencapai puncak, anak menjadi lemah dan linglung.
6.    Histeria
Histeria menimbulkan serangan aneh yang tidak boleh dikacaukan dengan epilepsi murni. Kadang-kadang seorang anak dapat mencontoh serangan epilepsi pada saudaranya untuk mendapat perhatian dari ibunya.

E.   Pemeriksaan Penunjang
1.    Elektroensefalogram (EEG)
a)    Tujuan : dapat membuktikan fokal atau gangguan disfungsi otak akibat lesi organic melalui pengukuran aktivitas listrik dalam otak.
b)   Pada epilepsy pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi bangkitan. Didapatkan hasil berupa gelombang epilepsy form discharge sharp wave spike and wave.
c)    Pemeriksaan EEG harus dilakukan secara berkala karena kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempuntai rekaman EEG yang normal.
2.    Pemeriksaan Radiologis
a)    Foto tengkorak : untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal (yang disebabkan oleh penyakit dan kelainan), juga tanda peningkatan TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika, dan sebagainya.
b)   Pneumoensefalografi dan ventrikulografi
Dilakukan atas indikasi tertentu untuk melihat gambaran system ventrikel, sisterna, rongga subaraknoid serta gambaran otak.
c)    Arteriografi
Untuk mengetahui pembuluh darah di otak; apakah ada pernjakan (neoplasma, hematom abses), penyumbatan (thrombosis, peregangan, hidrosefalus) atau anomali pembuluh darah.
d)   Pemeriksaan Pencitraan Otak
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang berguna untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri dan mendeteksi kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil.
e)    Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan atas indikasi untuk memastikan adanya kelainan sistemik seperti hipoglikemi dan hiponatremia.

F.   Komplikasi
Menurut Yuda Turana, 2006 :
1.    Gangguan Memori
a)    Fenomena “tip of tounge” yaitu penderita tahu kata yang ingin diucapkan, tapi tidak terpikir olehnya.
b)   Checking, yaitu harus kembali memerikaa hal-hal yang dilakukan.
c)    Sering lupa dimana meletakkan barang
Lesi pada otak adalah penyebab utama gangguan memori pada epilepsi, karena lesi pada lobus temporal mempunyai hubungan dengan fungsi belajar.
2.    Gangguan Kognitif
Pada anak, gangguan berbahasa lebih sering terjadi pada anak. Kejang berulang pada anak berhubungan dengan penurunan fungsi intelek. Dapat juga disebabkan oleh obat antiepilepsi.
3.    Penurunan Fungsi Memori Verbal
Disebabkan oleh operasi yaitu paska operasi epilepsi.
4.    Keterbatasan Interaksi Sosial
Hal itu terjadi pada epilepsi lobus frontal, karena peranan korteks prefrontal yang berperan dalam fungsi emosi, perilaku hubungan interpersonal. Apabila terganggu dapat mengakibatkan keterbatasan interaksi sosial.
5.    Status Epileptikus
6.    Kematian 

DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus.1994.Kapita Selekta Pediatri (216-226). Edisi II, Editor : Andrianto, Petrus.Jakarta:EGC.

Doenges, Marlynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC.

Harsono.2007.Epilepsi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Lumbantobing, S.M.1996.Epilepsi (Ayan).Jakarta:balai Penerbit FKUI.

Manjoer, Arif.2003.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius FKUI.

Nelson.Ilmu Kesehatan Anak (339-345).Edisi 3.Jakarta:EGC.

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit(175-184).Edisi II.Jakarta:EGC.

Sachorin, Rosa M.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik(290-293).Edisi II Alih bahasa : R.F Maulang, Editor : Ni Luh Yasmin Asih.Jakarta:EGC.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates