Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/18/2013

Herpes Zoster





Download versi lengkap disini

 a.        Pengertian
Ø  Merupakan penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis. ( Sjaiful, 2002:190 )
Ø  Adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. ( Marwali, 2000:92 )
b.       Etiologi
Ø  Timbul karena terkena penularan kembali ( reexposure ) atau karena reaktivasi virus yang laten, oleh infeksi varisella bila daya tahan tubuh menurun.
Ø  Disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.
c.        Klasifikasi
Menurut daerah penyerangannya dikenal:
§  Herpes Zoster oftalmika            : menyerang dahi dan sekitar mata
§  Herpes Zoster servikalis            : menyerang pundak dan lengan
§  Herpes Zoster torakalis : menyerang dada dan perut
§  Herpes Zoster lumbalis : menyerang pantat dan paha
§  Herpes Zoster sakralis              : menyerang sekitar anus dan genitalia
§  Herpes Zoster otikum               : menyerang telinga.
Gangguan pada nervus fasialis dan optikus dapat menimbulkan Sindrom Ramsay-Hunt dengan gejala paralysis otot-otot muka ( Bell’s palsy ), tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, dan nausea.

Bentuk-bentuk lain Herpes zoster:
§  Herpes zoster hemoragika         : vesikula - vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman karena berisi darah
§  Herpes zoster abortivum           : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil
§  Herpes zoster generalisata         : kelainan kulit unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan umbilikasi.

d.       Patofisiologi
Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan di sini tidak infeksitas dan tidak mengatakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang berat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.
1)     Neuralgia pascaherpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Neuralgia dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita di atas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
2)     Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sikatriks.
3)     Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis, terjadinya biasanya 2 minggu setelah timbulnya erupsi.

e.        Manifestasi Klinis
Ø  Muncul lesi-lesi didahului gatal-gatal sebelum erupsi yang ringan atau parah
Ø  Nyeri tekan atau rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terserang
Ø  Gejala konstitusi seperti sakit kepala, malaise, dan demam dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi
Ø  Adanya macula, vesikula, pustula, kiusta, dan parut yang merupakan evolusi dari lesi
Ø  Erupsi seperti korset mengikuti suatu dermatom dada unilateral (manifestasi tersering)
Ø  Gangguan motorik dan sensorik ( bila melibatkan gelang ekstremitas atau ekstremitas perifer )
Ø  Disestesia
Ø  Rasa terbakar dangkal
Ø  Limfadenopati
Ø  Tingking

f.         Komplikasi
·        Karena terjadi vaskulopati misalnya pada saraf mata, organ dalam, miositis, sistitis, motor paraksis.
·        Pada kulit, antara lain skar, keloid, dermatitis, granulomatosis, veskulitis granulomatosis, komedo, xanthomatous changes, dan milia.
·        Gangguan pada mata, antara lain konjungtivitis, ptosis paralitik, keratitis, epithelial, skleritis, iridosiklitis, uveiritis, dan glaucoma.
·        Gangguan pada Nervus Trigeminus cabang ke 3 atau saraf kranial cabang ke 5, 7, 9, dan 10 timbul otikus zoster denganm manifestasi klinis berupa sakit kepala, tinitus, vertigo, tuli, nyeri telinga, dan facial pain ( sindrom Ramsay Hunt ).

g.        Pemeriksaan Penunjang
q  Pemeriksaan sediaan apus secara Tzanck, membantu menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak
q  Pemeriksaan cairan vesikel atau material biopsy dengan mikroskop elektron
q  Tes serologic.

h.        Penatalaksanaan.
1)     Pencegahan
Mencakup pencegahan infeksi laten dan pencegahan reaktivasi virus yang laten yang bisa dilakukan melalui isolasi.
2)     Pengobatan
Ø  Terapi sistemik hanya bersifat simptomatik, misalnya pemberian analgetika untuk mengurangi neuralgia. Dapat juga ditambahkan neurotropik : vitamin B1, B6, dan B12.
Ø  Antibiotika, bila ada infeksi sekunder.
Ø  Local : bedak. Losio kelamin diberikan untik mengurangi rasa tidak enak dan mengeringkan lesi vesikuler.
Ø  IDU 5-40% dalam 100% DMSO ( dimetilsulfoksial ) dipakai secara topical.
Ø  Pemberian secara oral predhison 30 mg per hari atau triamsinolon 48 mg sehari akan memperpendek masa neuralgia pascaherpetika.
Ø  Pengobatan dengan imunodulator, seperti isoprinosin dan antivirus seperti interveron dapat dipertimbangkan.
Ø  Asiklovir ( zovirax ) 5x200 mg sehari selam 5 gari kemungkinan dapat memperpendek dari memperingan penyakit.
Ø  Pemberian kompres dingin dengan larutan Burowi.
Ø  Lesi-lesi diolesi dengan campuran benzoin tincture dengan flexible collodion dengan takaran yang sama besarnya.
Ø  Membalut daerah sakit dengan perban yang cukup ketat seringkali sangat berguna untuk meringankan rasa nyeri. Lesi-lesi harus ditutup dengan kapas dan kemudian dibalut dengan perban elastik seperti yang digunakan untuk rusuk yang patah.
Ø  Herpes zoster kerato conjungtivitis diobati dengan ophthalmic costicosteroid secara intralesi.


ASUHAN KEPERAWATAN


I.              PENGKAJIAN
1.      Biodata
      Mencantumkan identitas klien : umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll.
2.      Keluhan utama
   Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel berkelompok / lesi yang timbul.
3.      Riwayat penyakit sekarang
      Biasanya, klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal / nyeri pada dermatom yang terserang. Pada daerah yang terserang, mula – mula timbul papula berbentuk urtika, setelah 1 – 2 hari timbul gerombolan vesikula. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
4.      Riwayat penyakit keluarga
      Biasanya, keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes, atau klien pernah kontak dengan penderita / terinfeksi virus ini.
5.      Riwayat psikososial
      Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran diri / citra diri dan harga diri. Disamping itu, perlu dikaji tingkat kecemasan klien dan informasi / pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit.
6.      Kebutuhan sehari – hari
Perlu dikaji juga tentang pola tidur, aktivitas. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-sama.
7.      Pemeriksaan fisik
      Kesadaran  :  tidak ada gangguan, kecuali jika terjadi infeksi lain.
      Pemeriksaan tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
Inspeksi      :  kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok (tanda yang khas pada herper zoster). Kadang ditemukan vesikel yang berisi nanah dan darah disebut herpes zoster hemoragic. Dapat ditemukan edema disekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Perhatikan mukosa mulut, hidung dan penglihatan klien. Pada genetalia pria daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glens penis, batang penis, uretra dan daerah anus. Sedangkan pada wanita daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minor, klitoris, intratus vaginal, dan serviks. Jika timbul lesi catat jenis, bentuk, ukuran/luas, warna, dan keadaan lesi.
Palpasi          :  Kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
2. Kerusakan integritas kulit b.d deficit imunologis ( respon peradangan / lesi )
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan
4. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak ( langsung / tidak langsung )


DAFTAR PUSTAKA

  • Arndt, Kenneth A. 1989. Pedoman Terapi Dermatologis. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
  • A.P. Bali and J.A. Gray. 1992. Atlas Bantu Penyakit Infeksi. Alih Bahasa Petrus Andrianto. Jakarta : Hipokrates.
  • Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke Dua. Jakarta : FKUS.
  • Marwali Harahap, dkk. 1984. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung : Alumni.
  • NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006, NANDA international, Philadelphia.
  • Rahariyani, Dwi Lutfia. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC.
  • Sjaiful Fahmi D dan Wresti I. 2002. Infeksi Virus Herpes. Jakarta : FKUS.
  • Wilkinson, Judith M, ( Alih Bahasa Widyawati, dkk ). 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, edisi 7. Jakarta : EGC.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates