A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus ialah suatu
penyakit metabolik yang menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein sebagai akibat kekurangan insulin yang efektif. (FKUI,
1988).
Diabetes Melitus adalah suatu
penyakit yang disebabkan berkurangnya sekresi atau penggunaan insulin yang
mengakibatkan hiperglikemia, glikosuria dan ketosin. (John Rendle, 1994).
Diabetes Melitus adalah
gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer dan ditandai dengan
defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona
L. Wong, 2003)
Diabetes
Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada
endokrin yang merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga
insulin mengalami kekurangan. (Suriadi. 2001).
Diabetes
Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang
bermanifestasi sebelum umur 15 tahun. (FKUI, 1988)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Hereditas/keturunan
Dabetes
melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara
resesif,
dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70%
untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.
2. Umur
Jarang pada
masa kanak-kanak awal dan jarang sebelum umur 3 tahun.
3. Faktor Lingkungan
(misalnya
infeksi, terutama Coxackie B4) atau stress misalnya kehamilan dapat mencetuskan
timbulnya diabetes melitus.
(FKUI.
Ilmu Kesehatan Anak. 1988:259)
C. KLASIFIKASI
Menurut
American Diabetes Association, diabetes melitus dibagi menjadi:
1. Diabetes melitus nyata
2. Diabetes melitus kimia atau laten
Tidak ada
gejala diabetes melitus, kadar gula darah normal tetapi pasca prandial tampak
kenaikan GTT (Glukosa Tolerance Test) seperti pada diabetes.
3. Tersangka diabetes melitus
Terdapat
Intolerans terhadap karbohidrat pada keadaan tertentu seperti trauma, infeksi,
pemakaian obat-obat (kortikosteroid) stress dan sebagainya.
4. Prediabetes
Prediabetes
adalah masa sebelum timbulnya diabetes melitus yang nyata
(FKUI.
Ilmu Kesehatan Anak. 1988:260)
D. PATOFISIOLOGI
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan
glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.
Insulin membantu transportasi glukosa ke dalam sel dan membantu pergerakan
senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi sekunder.
Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan metabolisme,
karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin Glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen vaskular yang kemudian
terjadilah hiperglikemi dengan demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam
darah.
Terjadinya hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian
menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam rongga
interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik menyebabkan
banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga sel akan
kekurangan cairan dan muncul gejala Polydipsia (kehausan). Terjadinya polyuria
mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan sodium dan terjadi
ganggunag elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel
akan mengalami “starvation” (kekurangan makanan atau kelaparan) sehingga
menimbulkan gejala polyphagia, fatigue dan berat badan menurun.
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat
difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan
lolos dalam urine yang disebut glikosuria.
(Suriadi.
Askep Pada Anak Edisi I. 2001:75)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Onset
Biasanya
cukup cepat, gejala menjadi semakin jelas dalam 1-6 minggu. Jika hal ini tidak
dikenali, maka anak dapat jatuh ke dalam koma diabetes.
2. Simptom
a. Anak minum dan makan berlebihan (polidipsi) dan
(polifagi)
b. Mengeluarkan urine dalam jumlah banyak (poliuri)
c. Kelemahan umum
d. Cepat lelah dan lesu
e. Berat badan menurun
f.
Nyeri abdomen
Sering
terjadi pada ketoasidosis
g. Kulit kering dan tidak elastis karena dhidrasi (Behram.
Ilmu Kesehatan Anak. 1998)
F. KOMPLIKASI
1. Gangren (jarang)
2. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
3. Katarak
4. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
5. Hepatomegali
6. Gangguan mikrovaskuler dalam ginjal (nephropathy)
retina (Retinopathy), dan intestinal yang dapat menyebabkan gagal ginjal,
kebutuhan dan sindroma malabsorbsi.
7. Koma
(FKUI.
Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan ialah mengembalikan anak kepada kesehatan dan pertumbuhan
yang mendekati normal. Hal yang penting ialah pertumbuhan dan perkembangan
dengan memperhatikan kekuatan jasmani yang sebaiknya.
1. Diet
Makanan
harus adekuat untuk pertumbuhan dan aktivitas normal sebaiknya makanan tidak
banyak berbeda dengan makanan anak lain dan disesuaikan dengan makanan
keluarga. Diet bebas berarti bahwa anak boleh makan sesukanya pada waktu makan,
tetapi tidak boleh berlebihan dan harus menjauhkan diri dari makanan yang manis
(gula) dan banyak mengandung karbohidrat.
Prinsip
diet ini, yaitu:
a. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas
b. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kg bb/hari
c. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat
d. Cukup vitamin dan mineral
2. Pengobatan Insulin
Penderita
diabetes melitus Juvenilis tidak dapat diobati tanpa Insulin, pengobatan oral
dengan SULFONUREAS atau biguanides tidak memuaskan dan banyak menyebabkan
gejala sampingan pada anak. Dengan pemberian insulin dapat menjadikan kadar
gula yang normal atau hampir normal tanpa menyebabkan timbulnya serangan
hipoglikemia dan tanpa terlalu membatasi makanan.
Daya kerja
bermacam-macam sediaan insulin
Daya Kerja
|
Macam Insulin
|
Mulai Bekerja (jam)
|
Puncak
(jam)
|
Lamanya
(jam)
|
Cepat dan sebentar
|
Insulin regular
semilente
|
½
½
|
2-4
2-4
|
6-8
10-12
|
Sedang dan agak lama
|
WPH
Lente
|
2
2
|
8-10
8-10
|
28-30
28-30
|
Lamban dan Lama
|
PZI
Ultralente
|
4-8
4-8
|
14-20
14-24
|
24-36
>36
|
Cara
pemberian insulin adalah dimulai dengan insulin regular dalam dosis dosis
kecil, misalnya 4 unit, tiga kali sehari sebelum makan. Berangsur-angsur
dinaikkan sampai dosis tepat yang dapat diketahui dari pemerikasaan urin dan
gula darah. Kalau dosis sudah tercapai, maka sebagian dari insulin regular
dapat diganti dengan lente atau PZI (25% insulin regular dan 75% lente) dan
disuntikkan 1 kali sehari
Komplikasi
pengobatan insulin adalah hipoglikemia dan terjadinya somogji effect yaitu anak
jatuh dalam keadaan hipoglikemia, kemudian dalam keadaan hiperglikemia, kadar
gula darah normal sukar dicapai.
3. Pediatri Sosial
Orang tua
penderita harus dibimbing mengenai penyakit, diet dan pengobatan, misalnya cara
menyuntik insulin.
(FKUI.
Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIABETES
MELITUS JUVENIL
( DM TIPE I )
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan
penyakit yang berbahaya.
2. Riwayat keluarga
Terutama
yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus.
3. Riwayat Kesehatan
Terutama
yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih.
Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku dan
manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut:
a. Polifagi
b. Poliuria
c. Polidipsi
Hal-hal
lain yang perlu dikaji:
a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia
b. Kaji tumbuh kembang anak
c. Satus hidrasi
d. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual
muntah, pernapasan kusmaul menurunnya kesadaran.
e. Kaji tingkat pengetahuan
f.
Mekanisme
koping
g. Kaji nafsu makan
h. Status berat badan
i.
Frekuensi
berkemih
j.
Fatigue
k. Irirtabel
(Donna L.
Wong : 590)
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glikosuria
Diketahui
dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia seperti
benedict, clinitest, dan sebagainya.
b. Hiperglikemia
Pemeriksaan
kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar antara 8-20
mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan penyakit. Biasanya
diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi
dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya membutuhkan
waktu lebih lama.
c. Ketonuria
d. Kolestrol dapat meningkat
Normalnya
di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah, tetapi
kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L) menunjukkan
prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti oterosklerosis
lebih sering terjadi.
e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2
menurun, pH merendah. Bila penyakit
berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi karena
dehidrasinya. (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif (poliuria)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hipertermi
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
paparan
C. INTERVENSI
1. Diagnosa I
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan
insulin dan makanan.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat badan pasien akan ideal.
NOC:
Status nutrisi: Intake makanan dan cairan
Kriteria
Hasil:
a. Asupan nutrisi
b. Berat badan ideal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Indikator
Skala:
1 = Tidak
cukup
2 =
Sedikit
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Total
NIC:
Manajemen Nutiri
1) Kaji berat badan pasien
2) Tingkatkan pemberian makanan yang mengandung
protein, vitamin, dan besi (apabila dianjurkan)
3) Berikan makanan tinggi natrium
4) Berikan makanan yang sedikit mengandung gula
(glukosa)
5) Seleksi jenis makanan yang tepat
2. Diagnosa II
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria)
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi.
NOC: Fluid Balance
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
Umur (tahun)
|
Output urine (ml)
|
1-3
3-5
5-8
8-14
14-18
|
500-600
600-700
700-1000
800-1400
1500
|
b. Berat jenis urine normal (20-40 mg/dl)
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, dan tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Indikator Skala:
1 =
Kompromi yang ekstrem
2 = Sangat
kompromi
3 = Cukup
Kompromi
4 =
Sedikit Kompromi
5 = Tidak
kompromi
NIC: Fluid Management
1) Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Kolaborasi pemberian cairan IV
5) Anjurkan keluarga untuk membantu pasien makan
3. Diagnosa III
Kerusakan
Intergritas Kulit berhubungan dengan hipertermia
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit.
NOC:
Tissue Integrity skin
Kriteria
Hasil:
a. Integritas Kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
Indikator
Skala:
1 = Tidak
pernah menunjukkan
2 = Jarang
menunjukkan
3 = Kadang
menunjukkan
4 = Sering
menunjukkan
5 = Selalu
menunjukkan
NIC:
Pressure Management
1) Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
2) Monitor kulit adanya kemerahan
3) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Beth, Cecyl & Sowden, Linda. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC.
Behrman,Richard E.1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Short, John Rendle. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak, ed 6. Jakarta:
Bina rupa Aksara.
Suriadi, dkk. Askep Pada Anak Edisi I. 2001. Jakarta : PT Fajar
Interpratama.
No comments:
Post a Comment