A. Pengertian
· Asma adalah penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. ( The American TeracicSociety, 196)
· Asma bronkiale merupakan suatu kelainan alergi yang disertai dengan serangan bronkospasme berulang. ( Catzei, P & Robert, 1994)
· Asma merupakan keadaan klinik yang disertai dengan masa penyempitan bronkus yang reversible, dipisahkan oleh masa dimana ventilasi relatif mendekati normal. (Wilson & Price, 1995)
· Asma bronkiale yaitu asma ditandai dengan respon bronkoreseptor yang berlebihan terhadap banyak stimuli yang menyebabkan kesulitan paroksimal aliran darah, terutama soal ekspirasi yang ditandai sesaknafas dan mengi atau wheezing. (robin 7 kumar, 1995)
· Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamsi. (mansjoer, 2000)
· Asma adalah penyakit jalan nafas reversible berulang yang dicirikan oleh reaksi jalannafas yang meningkat terhadap berbagai rangsang yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas. (Black,Hawks, 2001)
B. Etiologi
Terdapat beberapa faktor etiologi yang erat hubungannya dengan asma bronchial pada anak, yaitu faktor alergen, keletihan, ketegangan emosi, infeksi, keturunan, serta faktor lain seperti bahan iritan, asap rokok, refluks gastroesofageal, rhinitis alergik, obat dan bahan kimia, endokrin, faktor anatomi fisiologi, serta interaksi berbagai faktor pencetus.
1. Alergen
Timbulnya bangkitan asma ditentukan pula oleh kepekaan anak terhadap alergen di lingkungan sekitarnya. Pada umumnya alergen penyebab asma dapat kita golongkan menjadi alergen hirup dan alergen makanan.
a. Alergen hirup
· Debu rumah
debu rumah merupakan alergi penyebab penting pada asma. Debu rumah sangat heterogen dan alergen yang sesungguhnya bukan debu rumahnya sendiri., tetapi kandungnnya yaitu tungau (mite), bulu atau kulit binatang, jamur, akskreta, atau serangga yang mati.
· Tungai debu rumah
Pada tahun 1968 telah dibuktikan bahwa tungau debu rumah yang terdapat di dalam debu rumah dan tempat tidur adalah penyebab utama penyakit alergi, khususnya asma bronchial dan rhinitis alergik.
Tungau tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, untuk hidup tungau membutuhkan suhu sekitar 25 0 C. ada 3 jenis tungau: dermatophagoides pteronyssinus, dermatophagoides farineae dan thyrophagus putrioentia.
Populasi tungau paling banyak ditemukan pada permukaan kasur, baik yang terbuat dari busa atau kapuk, karena kasur mengandung banyak serpihan kulit manusia yang merupakan makanan utama tungau. Pada musim hujan tungau lebih banyak ditemukan karena tunngau lebih mudah untuk menjamur.
· Bulu binatang
Alergi bulu dan kulit binatang rumah tangga seperti kucing dan anjing atau kuda bila di desa, seringkali menjadi pencetus asma. Alergi tidak saja terjadi akibat kontak langsung dengan binatang peliharaan tersebut tetapi juga akibat ludah, bulu yang rontok,dan tinjanya.
· Kapuk dan wol
Kapuk yang ada di Indonesia banyak dipakai, misalnya untukmengisi kasur, sebetulnya jarang menimbulkan alergi apabila masih baru ( berumur kurang dari 1 tahun), demikian pula wol sintetis yang antara lain banyak dipergunakan untuk karpet. Wol dan kapuk yang lama dan tidak pernah dibersihkan atau dijemur akan menampung bahan yang sangat bersifat alergenik seperti misalnyatungau, serpihan kulit, atau bulu anjing dan kucing
· Tepung sari bunga
Sangat berperan di negara empat musim, di Indonesia tidak pernah dilaporkan adanya gejala alergi terhadap tepung sari ini.
b. Alergen makanan
Makanan sebagai penyebab serangan asma sering ditemukan pada anak yang masih kecil. Untuk anak di bawah usia 3 tahun, penyebab utama asma bronchial adalah susu dan telur. Pada anak yang lebih besar adalah buah, coklat, dan kacang. Di Surabaya penyebab alergen makanan terbesar adalah buah, ikan, susu, telur dan kacang sehingga makanan ini perlu dihindari untuk anak penderita asma bronchial dengan dugaan makanan sebagai penyebab.
2. Latihan jasmani
Asma yang diinduksi latihan jasmani dapat terjadi akibat lari di udara dingin dan kering. Sebaliknya lari di udara yang lembab dan hangat, asma jarang timbul. Setelah lari 2 menit terjadilah dilatasi bronkus dan anak merasa lebih enak. Tetapi setelah lari sekitar 5-8 menit terjadilah konstriksi bronkus (respon dini), dan pada beberapa pasien juga terjadi respons lambat antara 4-6 jam sesudah konstriksi bronkus yang pertama.
3. Emosi
Faktor emosi dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas parasimpatis, baik perifer maupun sentral, sehingga terjadi peningkatan aktivitas kolinergik yang mengakibatkan eksaserbasi asma.
4. Infeksi
Infeksivirus (virus sinstial respiratori), jamur (aspergilosis paru), bakteri (pertusis), mikoplasma (toksokoriasis) atau parasit (askariasis), rhinovirus, RSV
Infeksi virus di daerah bronkus menimbulkan kerusakan epitel bronkus sehingga memudahkan absorpsi dan pajanan alergen pada reseptor di epitel bronkus. Dapat pula terjadi penurunan fungsi reseptor adrenergic beta sehingga terjadi ketidak seimbangan saraf otonom dan fungsi kolinergik menjadi lebih dominan, dan meningkatkan hiperaktivitas bronkus.
5. Faktor keturunan
6. Bahan iritan
Bau cat, hairspray, parfum, bahan kima, asap rokok, udara dan air dingin. Beberapa alergen dapat bertindak sebagai iritan, misalnya pollen. Beberapa iritan seperti ozon dan bahan industri kimiadapat meningkatkan hiperreaktivitas bronkus dengan menimbulkan inflamasi.
7. Asap rokok
8. Refluks gastroesofagus
refluks isi lambung ke saluran nafas dapat memperberat asma pada anak dan merupakan salah satu penyebab asma nocturnal. Dapat juga terjadi refleks vagus yang mengakibatkan konstriksi bronkus karena rangsangan saraf sensoris pada esophagus bagian bawah.
9. Rhinitis alergik
10. Obat dan bahan kimia
obat antiinflamasi nonsteroid seperti endometasin, ibubrufen, fenilbutazon, asam mefenamat, dan piroksikam dapat menjadi pencetus terutamabagi mereka yang alergi terhadap asam salisilat.
11. Anatomi dan fisiologi
· Diameter saluran nafas
Sampai usia lima tahun, diameter saluran nafas bagian bawah pada anak relatif lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa, maka relatif lebih mudah terjadi obstruksi.
· Dinding dada
Dinding dada pada bayi kecil yang kurang kaku akan mempercepat penutupan saluran nafas, walaupun dalam keadaan pernapasan biasa(tidal breathing). Demikian pula tulang rawan trakea dan bronkus pada bayi kecil masih kkurang kaku sehingga mudah kolaps pada waktu ekspirasi.
· Otot bronkus dan cabangnya
Jumlah otot polos bronkus dan cabangnya yang masih sedikit menyebabkan bronkodilator yang diberikan tidak memberikan hasil yang diharapkan.
· Hipersekresi kelenjar mukosa
Pada dinding bronkus utama anak ditemukan lebih banyak kelenjar mukosa sehingga memperberat obstruksi.
C. Klasifikasi
1. Asma episodic yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini.
2. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.
3. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.
Di samping tiga golongan besar di atas terdapat bentuk asma lain:
1. Asma episodic berat dan berulang
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
2. Asma persisten pada bayi
· Mengi yang persisten dengan takipneu
· Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan
· Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar kalau sedang tidur.
· Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer”
· Gambaran rontgen paru biasanya normal.
· Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.
3. Asma hipersekresi
· biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.
· Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok-krok), dan mengi
· Didapatkan ronki basah dan kering
4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)
5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik
6. Batuk malam
· terdapat pada semua golongan asma
· banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.
· Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya terjadi jam 1-4 pagi.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)
D. Patofisiologi
Proses dipicu oleh agen-agen pencetus (alergen, infeksi, dll) menyebabkan pelepasan Ig E yang merangsang sel mast dalam sub mukosa paru. sel mast ini akan mengalami degranulasi dan akan mengeluarkan berbagai mediator antara lain histamine, bradikinin, enzim paroksidase, prostaglandine, anaphilaksis.
Mediator ini menyebabkan edema mukosa sehingga terjadi peradangan pada bronkus yang mempengaruhi system peredaran darah dan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan prostaglandin dan menyebabkan suhu tubuh tinggi. Selain menyebabkan peradangan pada bronkus, edema mukosa juga menyebabkan batuk, keringat dingin, sputum kental dan banyak.
Agen non alergen (latihan fisik, emosi, dll) menyebabkan terjadinya respon saraf simpatis dan parasimpatis. Respon saraf simpatis akan memicu system adrenergic di bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi. Bronkokonstriksi menyebabkan peningkatan kerja nafas, takipnea, takikardia, mengi (wheezing). Peningkatan kerja nafas juga menyebabkan kehilangan air sebagai penguapan ekshalasi dan penurunan masukan oral. Kehilangan air juga menyebabkan plak mukosa sehingga terjadi atelektasis yang menyebabkan hipoksemia.
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis asma dapat dibagi dalam beberapa stadium sesuai dengan proses reaksi alergi yang terjadi
1. Stadium 1
· saat terjadinya dinding edema dinding bronkus:
· timbul batuk paroksismal
· peningkatan produksi sputum, bersifat kental dan bila terkumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk.
2. Stadium 2
· sekresi bronkus bertambah banyak, batuk dengan riak jernih dan berbusa
· nafas sesak, usaha bernafas lebih dalam
· ekspirasi memanjang
· terdengar buyi mengi
· tampak retraksi otot leher dan sela iga
· anak lebih senang duduk dengan membungkuk, tangan menekan pinggir tempat tidur atau kursi.
· Anak tampak pucat, gelisah, sianosis sekitar mulut
· Toraks tampak membulat dan mengembang ke depan (chest tightness), bergerak lambat pada pernapasan.
· Pada anak yang lebih kecil terjadi pernapasan abdominal, retraksi suprasternal dan interkostal. Tampak otot nafas tambahan turut bekerja
· Pernafasan cuping hidung pada bayi.
3. Stadium 3
· Obstruksi dan spasme bronkus lebih berat
· Aliran udara lebih sedikit sehingga suara pernapasan pada bronkus hamper tidak terdengar.
· Pernapasan dangkal dan tidak teratur
· Frekuensi pernapasan mendadak meningkat
· Ansietas, iritabilitas, sampai penurunan tingkat kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily l, dkk. 2002. Buku Saku Keperawaatan Anak Edisi 3. Jakarta: EGC
Habel, Alex. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara
Matondang, Akib. 1996. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Jakarta: IDAI
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Pincus, Catzel. 1995. Kapita Selekta Pediatric. Jakarta: EGC
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUI
No comments:
Post a Comment