Download versi lengkap disini
A. PENGERTIAN
A. PENGERTIAN
Servisitis adalah infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium (Saifuddin, 1994).
Servisitis adalah inflamasi serviks yang mungkin akut ayau kronik. Mungkin menjalar ke uterus dan parametrium (Sinclair, 1992).
Servisitis adalah infeksi pada serviks uteri (Manuba, 2001).
Servisitis adalah radang dari selaput lendir canalis servicalis (Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980).
Servisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel cervix dan stroma yang mendasarinya (Sanusi, 1989).
B. ETIOLOGI
Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
1. Gonorrhoe : sediaan hapus dari fluor cervix terutama yang purulent.
2. Sekunder terhadap kolpitis.
3. Tindakan intrauterin : dilatasi.
4. Alat-alat/obat kontrasepsi.
5. Robekan cervix terutama yang menyebabkan ectropion.
Menurut Manuba 2001 :
Infeksi servisitis sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks.
C. KLASIFIKASI
Menurut Sanusi 1989 :
1. Servisitis Gonokokus.
~ Bersifat asimtomatik.
~ Gejala : disuria dan sering kencing karena uretritis yang bersamaan.
~ Cervix dapat tampak eritematosa, sekret serviknya mukopurulen atau purulen.
2. Servisitis Klamidia.
~ Ditularkan melalui hubungan seks karena infeksi chlamydia trachomatis.
~ Bersifat asimtomatik dan dapat menetap berbulan-bulan.
~ Sekret serviks bersifat mukopurulen dan epitel endoserviksnya tampak hipertrofik.
3. Servisitis Herpetika.
~ Disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2 (HSV-2).
~ Ditularkan melalui hubungan seksual dengan lama inkubasi berkisar antara 2-20 hari dengan rata-ratanya 6 hari.
~ Gejala : sering mengeluh sekret vagina, disuria dan dispareunia introitus.
4. Servisitis Kronika non spesifik.
~ Sering ditemukan kista Naboth.
~ Biasanya cervix menebal dan ostium cervicis uteri patulosa. Epitel endoserviks terevensi (Ektropion) dengan akibatnya sekret mukus berlebihan.
Menurut Abdul Bari Saifuddin 1994 :
- Servisitis akut.
~ Infeksi diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus dan lain-lain.
~ Serviks merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen.
- Servisitis kronik.
~ Dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih-kuning.
b. Pada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio di sekitarnya, sekret yang dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
c. Sobekan pada serviks uteri lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras, sekret mukopurulen bertambah banyak.
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sinclair 1992 :
- Lendir purulen dan banyak.
- Mungkin disertai dengan vulva vaginitis.
- Serviks edema dan merah.
- Serviks nyeri tekan/eksitasi serviks.
- Pemeriksaan laboratorium positif untuk kuman patogen aoreb dan anaerob.
Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
- Fluor berat biasanya kental/purulent dan kadang-kadang berbau.
- Sering menimbulkan erosio (erythroplaki) pada portio, yang nampak sebagai daerah yang merah menyala.
- Pada pemeriksaan ini speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari canalis servicalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
- Dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
- Pada servisitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah, karena infeksi bintik-bintik ini disebut ovulo nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cervix/karena radang.
E. PATOFISIOLOGI
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan anaerob. Peradangan ini terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual. Proses peradangannya melibatkan epitel serviks dan stroma yang mendasarinya. Inflamasi serviks ini bias menjadi akut atau kronik dan mungkin juga menjalar ke uterus dan parametrium.
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi/peradangan pada serviks antara lain, lendir purulen dan banyak, oedema dan kemerahan, serta nyeri tekan.
F. KOMPLIKASI
1. Endometritis
Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena perubahan pH, bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis.
2. Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba uterine.
Menurut www.medicastore.com, komplikasi dari servisitis yaitu :
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar kandungan) dan kemandulan.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut dr. Achmad Mediana, SpOG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto, pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada servisitis antara lain :
1) In Spekulo
Merupakan pemeriksaan dasar. Pemeriksaan ini menggunakan speculum cocor bebek yang dimasukkan ke vagina. Gunanya untuk melihat keadaan permukaan di leher rahim.
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui apakah permukaan leher rahim ada infeksi, jengger ayam/kandiloma, varises, ataupun bila ada keganasan atau kanker leher rahim.
2) Pemeriksaan Dalam/Colok Vaginal
Dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan in spekulo. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat besar rahim atau ukurannya. Untuk memantau keadaan serviks, vagina dan panggul.
3) Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil getah serviks kemudian diperiksa di laboratorium.
4) Kolposkopi
Dilakukan bila ada keurigaan di daerah leher rahim dengan cara diteropong.
Alat kolposkopi terdiri atas dua alat pembesaran optic yang ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi.
Kolposkopi dilengkapi dengan layer teve, maka pasien bias melihat hasil peneropongan tersebut dari layer teve.
Pemeriksaan kolposkopi juga disertai alat untuk mengambil jaringan yang dicurigai tersebut.
5) Biopsi
Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan leher rahim untuk tujuan diagnosa. Jaringan diambil dengan semacam alat/jepitan, selanjutnya jaringan yang telah diambil tersebut dikirim ke laboratorium.
6) Pemeriksaan BV (Bakterial Vaginosis) atau Swab Vagina
Dilakukan pada pasien-pasien yang terkena infeksi berulang. Misalnya, infeksi di leher rahim.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil cairan dari vagina pasien kemudian diperiksa di laboratorium.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
- Antibiotika, terutama bila ditemukan gonokokus pada sekret.
- Pada servisitis yang tidak spesifik dapat diobati dengan AgNO3 10% dan irigasi.
- Servisitis kronik dapat dioperasi dengan cara konisasi.
- Pada servisitis yang disebabkan oleh etropion dapat dilakukan operasi plastik/amputasi.
- Erosio dapat disembuhkan dengan AgNO3 10% / albathyl yang menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan harapan kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
Menurut Abdul Bari Saifuddin (1994) :
Pengubatan yang baik ialah dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi atau krioterapi terjadi nekrosis jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh ke dalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endo serviks. Pada laserasi serviks yang agak luas perlu dilakukan trakhelorafia. Dan apabila terjadi sobekan dan infeksi yang sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks. Akan tetapi pemendekan serviks dapat mengakibatkan abortus. Jika terjadi kehamilan, sehingga pembedahan yang akhir ini sebaiknya dilakukan pada wanita yang tidak ingin hamil lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. (1980). Ginekologi. Bandung : Elster Offset.
Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Duenhoelter, Johann H. (1989). Ginekologi greenhill ed10, Alih bahasa : Chandra Sanuni. Jakarta : EGC.
Edge, V. (1993). Women’s health care. VSA : Von Hoffman Press.
Manuba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan penyakit kandungan, dan keluarga berencana. Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. (1994). Ilmu kebidanan, cetakan ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sinclair, C.C.R.& Webb, J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula, Alih bahasa Hasrul D.Biran. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Taber, B. (1994). Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment