Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/25/2013

Tuberculosis





A.     Pengertian
1)      Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suryadi : 387).
2)      Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang bersifat kronik dan menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Stanley. L. Robbins, M.D, dkk, 1987)
3)      Tuberculosis Paru adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium tuberculosis sistemis sehingga hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer : 459).
4)      Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
5)      Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkolosis dan mycobacterium bovis (jarang oleh myccobakterium avium).(Ngastiyah)

B.  Etiologi
Mycobacterium tuberculosa, factor yang menyebabkan, herediter, jenis kelamin, usia, keadaan stress, nutrisi, tidak mematuhi aturan pengobatan.

Basil tuberkolosis dapat hidup dan tetap vurulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 60^  selama 15-20 menit.
Tuberkolosis  paru disebabkan oleh kumanmycobakterium tuberkolosis paru
Yang berbentuk batang yang mempunyai sifat ;
-         BTA  gram positif
-         Tidak bergerak
-         Ae rob
-         Virulen dalam keadaan kering beberapa minggu)
-         Dalam cairan mati pada suhu 60 C dalam 15 jam 20 menit

C.     Patofisiologi
a.Bruner & Suddarth 2002
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi bakteri dipindahkan melalui jalur nafas ke alveoli, juga di pindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya dan area paru lainnya. Sistem imun tubuh merespon  dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit spesifik-tuberkolosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Granuloma diubah menjadi masa jaringan fibrosa, bakteri dan makrofag menjadi nefrotik dan membentuk masa yang dapat mengalami klarifikasi, membentuk scar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah. Melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi. Bakteri kemudian tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh.

D.    Tanda dan Gejala
Gejala umum:
1.   Batuk terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa sputum
2.   Badan lemah
3.   Gejala flu
4.   Demam derajat rendah
5.    Nyeri dada
Gejala yang sering jumpai:
1.    Dahak bercampur darah
2.   Batuk darah
3.    Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4.   Badan lemah, nafsu makan menurun

E.   Klasifikasi
1. Tuberkulosis Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV ventilasi yang baik dan kelembabab udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang terjadi.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka akan membentuk sarang TB pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer.
Komplek primer ini selajutnya dapat menjadi :
·      Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
·      Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon.
·     Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya.
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat
juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar keusus.
c. Secara limfogen, keorgan tubuh lainnya
d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.

2. Tuberkulosis Post Primer
Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer). TB post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Tergantung dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
1.    Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa cacat
2.   Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
3.    Sarang dini meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadillah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.

F.      Pemeriksaan Diagnostik
1.    Reaksi hipersensitivitas : Tes Kulit Tuberkulin
Biasanya dipakai mantoux yaitu dengan cara 0,1 cc tuberculin  perived protein derivative (DPD) intrakutan. Setelah 48-72 jam tuberculin di suntikkan akan timbul reaksi berupa indurasi merah (kemerahan) yang terdiri dari infiltrate limfosit yaitu persenyawaan antara reaksi antibody seluler dan antigen tuberculin.
a. Tes tuberkulin intradermal (Mantoux)
o   Indurasi 0-5mm            : mantoux negatif
o   Indurasi 6-9mm            :meragukan
o   Indurasi 10-15mm: mantoux positif
o   Indurasi >16mm           : mantoux positif kuat
b. Tes tuberkulin dengan suntikan jet
c. Tes tuberkulin tusukan majemuk
2.    Pemeriksaan radiografik
Gambaran TBC milier berupa bercak-bercak halus tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiology lain yang sering menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
3.    Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positip adalah sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
Pemeriksaan laboratorium
1.   Darah
Pada penderita TBC paru akan didapatkan leukosit yang sedikit meningkatkan dengan diferesiansi ke kiri, jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah LED meningkat
2.   Sputum.
Pada pemeriksaan sputum ditemukan BTA.BTA positif  bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang pada satu sediaan.

            G.        Penatalaksanaan
1.Obat anti TB (OAT)
Karena pemakaian obat tunggal banyak terjadi retesistensi karena sebagian besar kuman TB memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak maka terapi TB dilakukan dengan memakai paduan obat.
Jenis Obat :
• Obat primer
- isoniazid = INH - Streptomisin = SM
- Rifampisin = RMP - Etambutol
- Pita zinamid
• Obat sekunder
- Etionamid - P.A.S (Para Amine Saliycylic Acid)
- Prorionamid - Tiasetazon
- Sikloseren - Viomysin
- Kanamisin – Kapremisyn
3. Pembedahan pada TB Paru
4. DOTS
5. Pencegahan
• Kemaprofilaksis
• Vaksinasi BCG
• Program kontrol.
Menurut Ngastiyah (1997) pengobatan diberikan :
-      Ifampisin
-      INH (isoniazid)
-      Sterptomisin
-      Etambutol
-      Pirasianid
-      PAS (Para aminosalisilat)
-      Kortikosteroid.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien dengan penyakit tuberculosis tidak  dirawat di rumah sakit oleh karena
 Jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat  di rumah kecuali jika telah terjadi komplikasi seperti tuberkolosis milier, meningitis tuberkolosa, pleeuritis dan sebagainya. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratus dan mematuhi pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun (dapat 1 tahun  2 tahun atau lebih bergantung keberhasilan pengobatannya). Masalah pasien tuberkolosis yang perlu diperhatikan ialah keadaan pasien yang sangat lemah, bahaya terjadi komplikasi , pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium, gangguan psikosial/rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua.

H. Komplikasi
·        Atelektasis
·        Hemoptisis
·        Pneumothoraks
·        Kekambuhan
·        Tuberkulosis perikarditis, peritonitis, meningitis, limfadenitis.
(Tucker et All ,1998)
      Kelenjar limfe mengalami erosi pada dinding bronkus dan secara lambat mengeluarkan isinya ke dalam lumen bronkus sehingga terjadi penyebaran penyakit secara endobronkus yang menyebabka hal-hal sebagai berikut;

1.               Hemoptisis berat
Beratnya gejala berhubungan dengan luasnya proses yang berjalan dengan kecepatan progresif dengan gejala dini batuk kering. Dengan berkembangnya lesi maka penderita mulai mengeluarkan sputum yang mulanya bersifat mukoid, tapi berubah menjadi mikropurulen dan seringkali disertai bercak darah, erosi pembuluh darah akan mengakibatkan /menyebabkan pendarahan.
2.               TB di luar paru
Terjadi akibat penyebaran hematogen yang berlangsung segera setelah focus awal paru-paru terbentuk.
3.               TB millier
Invasi ke dalam pembuluh darah oleh suatu focus perkejuan disusul dengan pelepasan mikroorganisme infeksi ke dalam peredaran darah sehingga batas tertentu, manifestasi klinik tergantung pada jumlah organism di dalam peredaran darah dan kecepatan memasuki peredaran darah tersebut.
4.                    TB kelenjar limfe superfisialis
Akibat dari drainase berasal dari lesi-lesi awal yang letaknya berdekatan (seperti adenopati inguinal setelah terjadi TB kulit tungkai bawah atau keterlibatan kelenjar limfe)
5.                    Meningitis TB
Awalan penyakit biasanya berlangsung terselubung tapi dapat juga secara fulminan jika suatu lesi perkejuan mengeluarkan isinya secara langsung ke dalam ruang sub arachoid.
6.                    TB Urogenital
Organisme mencapai saluran urogenital selama fase awal, bakterimia TB awalnya asimtomatis sampai akhirnya mikobakterium dapat menginvasi kandung kemih serta menimbulkan disuria, frekuensi dan urgensi sekali proses penyakit berhasil menimbulkan kerusakan parenkim luas, maka fungsi ginjal normal, jarang pulih seutuhnya.

I.       Pencegahan
Vaksinasi BCG , pemberian BCG meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi ole basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG,tetapi imunisasi yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat. BCG diberikan pada anak dengan uji tuberculin negative, 6 minggu kemudian dapat dilakukan uji tuberculin ulang dan bila masih negative dianjurkan untuk mengulangi BCG. Pemberian BCG sekarang tanpa dilakukan uji tuberculin dahulu, cara ini menghemat biaya dan dapat mencakup lebih banyak anak
Kemoprofilaksis. Sebagai kemoprofilaksis diberikan INH dengan dosis 10 mg/kg BB / hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak tuberkulosisi dan uji tuberculin
Masih negative yang berarti belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Kemoprofilaksis sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit, misalnya pada anak berumur kurang dari 5 tahun dengan uji tuberculin positif tanpa adanya kelainan radiologi paru atau telah sembuh dari tuberculosis tetapi mendapat pengobatan dengan kortikosteroid yang lama, menderita morbili atau pertusis, mendapat vaksin  misalnya vaksin morbili atau pada masa akil balig. Kemoprofilaksis primer diberikan pula pada konversi uji tuberculin dari negative menjadi positif dalam waktu 12 bulan tanpa kelainan klinis dan radiologis.



DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Media Aeskalipus
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.
Suparman dan Sarwono, (1994). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta ; EGC


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates