Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/18/2013

Myoma uteri





Download versi lengkap disini

 A.     PENGERTIAN
O       Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus (Prawirohardjo. 1991 : 281).
O       Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba. 2001 : 600).
O       Myoma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas (Price. 1995 : 1135).
O       Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Mansjoer. 1999 : 387).
O       Myoma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terdiri atas otot polos dan jaringan ikat (Dhanardono, 2006).

B.     KLASIFIKASI
Œ       Myoma uteri sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi 3 jenis :
§  Myoma uteri subserosum.
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Myoma jenis ini dikenal sebagai myoma jenis parasitic. Gejalanya timbul rasa sakit yang sangat dan mendadak sehingga penderita dapat shock.
§  Myoma uteri intramural.
Disebut juga myoma intrapitelial, biasanya mutiple apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol.
§  Myoma uteri submukosa.

Œ       Berdasarkan lokasinya myoma uteri dibagi dalam 3 jenis :
§  Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim.
§  Pertumbuhan ke arah rongga rahim.
§  Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim dan rongga perut.
(Juanita, 2006).

C.     ETIOLOGI
Walaupun jelas bahwa myoma uteri berasal dari otot polos uterus, namun kurang diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan tumbuhnya tumor dari otot-otot tersebut. Banyak penulis menyokong teori stimulasi oleh estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa : (1) mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil, (2) neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche, (3) mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause,(4) hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan mioma uteri. Sebaliknya , banyak ahli meragukan kebenaran teori ini karena jika benar stimulasi dengan estrogen menjadi penyebab tumbuhnya mioma uteri, mengapa tidak pada semua wanita dalam masa reproduksi terdapat neoplasma ini, melainkan hanya pada 20% saja.
Meyer dan De Snoo mengusulkan teori cell nest atau teori genitoblas. Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil penelitian Miller dan Lipschutz yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo.1991).

D.    PATOFISIOLOGI
Leiomioma diklasifikasikan menurut lokasinya yaitu : tumor intramural, tumor subserosa, tumor submukosa. Tumor-tumor ini juga dapat bertangkai dan dapat menonjol ke dalam rongga uterus, melalui osteum serviks ke dalam vagina, atau keluar melalui lubang vagina.
Ukuran dari leiomioma sangat bervariasi dan dapat begitu besar sehingga memenuhi rongga panggul dan abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause. Torsi/terputarnya tumor leiomioma bertangkai dapat juga terjadi.
(Price. 1995).
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit (seedling) yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar. Karena pertumbuhan ini, miometrium terdesak dan menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semu yang mengelilingi tumor. Di dalam uterus mungkin ada satu mioma, akan tetapi jumlah mioma biasanya banyak. Pernah ditemukan sampai 200 mioma dalam satu uterus, akan tetapi biasanya hanya 5 sampai 30 buah saja. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri, maka korpus ini tampak bundar, dengan konsistensi padat. Jika terdapat banyak mioma, maka uterus mempunyai bentuk berbenjol-benjol dengan konsistensi padat. Besar uterus tergantung dari besar mioma masing-masing; berat uterus bisa sampai 5 kg atau lebih.
(Prawirohardjo.1991).

E.     MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi serta hanya terdapat pada 35-50% penderita hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvic rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus.
Manifestasi klinis digolongkan menjadi :
Œ       Perdarahan tidak normal, yaitu dismenorea, menoragi, metroragi.
Perdarahan ini sering bersifat hipermenorea; mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal ini ialah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium. Karel Tangkudung menemukan menoragia sebanyak 33,8% . pendarahan dapat juga bersifat metroragia. Pendarahan ini bisa disebabkan oleh mioma submukosum, akan tetapi mungkin disebabkan oleh hal lain , seperti hiperplasia endometrium, atau adenokarsinoma endometrii. Oleh karena itu, pendarahan tidak normal dan khususnya metroragia harus dianggap sebagai tanda yang penting, yang mengharuskan kita melakukan pemeriksaan yang cermat sebelum kita dapat mengatakan bahwa pendarahan tadi seluruhnya disebabkan oleh mioma uteri.

Œ       Rasa nyeri.
Rasa nyeri bukan suatu gejala yang menonjol, akan tetapi dapat terjadi jika :
§  Mioma menyempitkan kanalis servikalis.
§  Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim.
§  Ada penyakit adneks (terjadi pada 12% dari kasus-kasus mioma) seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis.
§  Terjadi degenerasi merah atau putaran tangkai.
Rasa nyeri pada mioma tidak jarang terjadi di sekitar waktu haid (dismenorea). Karel Tangkudung menemukan dismenorea sebanyak 20,4%, Rono Sulistyo 13,7%.

Œ       Tanda-tanda penekanan.
Terdapatnya tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi, dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro-ureter. Jarang sekali mioma uteri yang mengisi rongga pelvis menyebabkan retensio urinae. Tekanan pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri pada defekasi. Tekanan terhadap pembuluh-pembuluh darah dalam panggul bisa menimbulkan pembesaran pembuluh-pembuluh vena, edema pada tungkai, dan rasa nyeri pelvic.

Œ       Infertilitas dan abortus.
Infertilitas bisa terjadi jika mioma intramural menutup atau menekan pars interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus. Apabila ditemukan mioma pada wanita dengan keluhan infertilitas, harus dilakukan pemeriksaan yang seksama terhadap sebab-sebab lain dari fertilitas, sebelum menghubungkannya dengan adanya mioma uteri.

F.      KOMPLIKASI
        Pertumbuhan leimiosarkoma.
Ini ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50-75% dari semua sarcoma uteri. Pada 6000 kasus mioma uteri Novak menemukan angka kejadian sarcoma kurang dari 0,6%. Karel Tangkudung dan Susilo menemukan masing-masing satu kasus diantara 210 dan 312 mioma uteri, memberi frekuensi sebesar 0,48% dan 0,32%. Kecurigaan terhadap sarcoma pada mioma uteri timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause. Yang dalam hal ini menjadi persoalan ialah apakah sarcoma tumbuh dalan jaringan mioma sendiri atau dalam jaringan miometrium diluar mioma.

        Torsi (putaran tangkai).
Ada kalanya tagkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut. Sebaliknya, jika putaran terjadi perlahanlahan, maka tidak terjadi gangguan akut, dan mioma sempat mendapat darah dari jaringan terdekat dan lambat laun ia bergantung seluruhnya kepada pemberian darah diluar uterus. Dalam hal ini mioma berdiri sendiri dan hidupnya tak bergantung lagi pada pemberian darah melalui tangkainya; akhirnya, putuslah hubungannya dengan uterus, dan sekarang ia menjadi satu mioma parasitic atau mioma mengembara (wandering myoma). Mioma demikian itu berada bebas dalam rongga perut dan menimbulkan kesukaran diagnostik.

        Nekrosis dan infeksi.
Pada mioma submukosum yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. Penderita mengeluh tentang perdarahan yang bersifat menoragia atau metroragia, dan leukorea.

G.    PROGNOSIS
Rekurensi setelah miomektomi terdapat pada 15-40% penderita dan 2/3-nya memerlukan pembedahan lagi.

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ginekologis :
§  Dijumpai kebetulan karena tanpa gejala.
§  Hasil pemeriksaan dalam diikuti > 10 cm/ USG.


DAFTAR PUSTAKA

Dhanardono, Denny. (2006). Kenali tumor kandungan mioma uteri. Terdapat pada :    http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=243235&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=204. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006.

Iskandar, Sugi S. (2006). Mengenal kista, mioma, dan endometritis. Terdapat pada : http://tabloidnova.com/articles.asp?id=9220&no=1. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006.

Iskandar, Sugi S. (2006). Mengenal kista, mioma, dan endometritis. Terdapat pada : http://oetjipop.multiply.com/reviews/item/10. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006.

Juanita, Vivi. (2006). Jangan pandang enteng tumor otot rahim. Terdapat pada : http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0305/kes4.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006.

Mansjoer, Arif. (1999). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Manuaba, I.B.G. (2001). Kapita selekta pelaksanaan rutin obstetric ginekologi & KB. Jakarta : EGC.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates