Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/20/2013

Pneumonia





A.     PENGERTIAN

·        Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah, 1997)
·      Pneumonia adalah Peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, Sylvia, 1997)
·        Pneumonia adalah radang parenkim paru. (E.Behrman, Richard, 1999)
·      Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai bagian parenkim paru. (Mansjoer, 2000)
· Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). (Tempointeraksi_com_ISPA dan Pneumonia.htm)
·  

B.     ETIOLOGI
Umumnya adalah bakteri yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif denga mortalitas tinggi.

C.     MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada radang paru-paru sangat tergantung pada agen penyebab atau pembawa, usia anak, reaksi anak, luasnya lesi dan derajat obstruksi bronkus.
1.      Bakteri
Pneumonia stafilococcus, streptococcus dan pneumococcus merupakan pneumonia yang paling sering ditemukan.
Gejala awal : -     rinithis ringan
-         anoreksia
-         gelisah
            Berkembang sampai awitan yang tiba-tiba :
·        demam dan berkeringat
·        malaise
·        nafas cepat dan dangkal (50-80 x/manit), pernafasan cuping hidung
·        ekspirasi berbunyi
·        lebih dari 5 tahun : sakit kepala dan kedinginan
·        kurang dari 2 tahun : vomitus dan diare ringan
·        leukositosis
·        foto thorak : pneumonia lobaris
·        cyanosis

2.      Virus
Virus penyebab adalah virus influenza, adenovirus, rubeola, varisella, sitomegalovirus manusia dan virus sinsisium pernafasan.
Gejala awal : -     batuk
-          rhinitis
            berkembang sampai awitan berangsur atau cepat :
·        gejala-gejala : demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan prostrasi (kelesuan)
·        emfisema obstruktif
·        ronkhi basah
·        hasil foto thorak : bronkopneumonia
·        penurunan leukosit
·        photophobia
·        anoreksia
·        nausea
·        takipnea
Tanda-tanda klinik utama termasuk hal-hal berikut ini :
·        batuk
·        dispnea
·        takipnea
·        cyanosis
·        melemahnya suara nafas
·        retraksi dinding thorak
·        nafas cuping hidung
·        nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terifeksi di dekatnya)
·        batuk proksimal mirip pertusis (umum terjadi pada anak yang lebih kecil)

D.    KLASIFIKASI
1.      Pembagian pneumonia menurut dasar anatomis
a.       Pneumonia lobaris
Semua atau sebagian besar segmen dari satu atau lebih lobus paru-paru dilibatkan. Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar sering disertai badan menggingil dan pada bayi dapat disertai kejang, suhu naik cepat sampai 39-40 °C dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris kontinue. Nafas menjadi sesak, disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta rasa nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit. Batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
b.      Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Semula pada terminal bronchioles, yang menjadi tersumbat dengan mucopurulent exudates untuk membentuk tambalan yang diperkuat di dekat lobuler.
c.       Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Penyebab proses peradangan lebih banyak atau lebih sedikit terkurung di dalam dinding alveolus (interstitium) dan peribronchal serta jaringan interlobuler.
2.      Pembagian pneumonia menurut dasar etiologi
a.       Pneumonia bakteri
Organisme ini mencapai paru-paru melalui saluran pernafasan, akhirnya tersangkut dalam alveoli di mana mereka berproliferasi dan memulai proses inflmasi yang mengarah pada konsolodasi. Keadaan ini menunjuk adanya bahan dalam laveoli yang menghambat masuknya udara, area permukaan alveolar yang ada untuk difusi gas berkurang dan alveoli terisi dengan edema inflamator, bakteri dan leukosit. (Rosam, Sacharin, 1996)
b.      Pneumonia virus
Inferksi virus umumnya pada epidemi dalam masyarakat dan umumnya terbatas pada saluran pernafasan bagian atas. Virus merupakan penyebab yang paling sering dari pneumonia pada anak-anak, tetapi pada orang dewasa kasusnya hanya sebesar 10%. Pneumonia ini umumnya ringan dan tidak membutuhkan perawatan di RS dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang menetap. (Price, Sylvia A, 1995)
c.       Mycoplasma pneumonia
Umumnya dibahas bersama-sama dengan pneumonia virus meskipun organisme penyebab infeksinya adalah bakteri. Kebanyakan infeksi mikoplasma terbatas pada fangitis atau bronkitis, tetapi sekitar 10% pasien yang terifeksi berlanjut menjadi pneumonia. Pneumonia mikoplasma umumnya menyerang dewasa muda, terutama para mahasiswa dan calon tentara. Berbeda dengan pneumonia virus, penyakit ini sangat menular dan memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin. Pneumonia mikoplasma sering dianggap sebagai pneumonia atipis primer atau “walking pneumonia”. (Price, Sylvia A : 1995)
d.      Pneumonia jamur
Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru-paru supuratif granulomatosa kronik yang sering kali disalah tafsirkan sebagai tuberkulosis. Spora jamur-jamur ini ditemukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk ke bagian-bagian paru yang lebih sempit di fagositosis dan menimbulkan reaksi alergi. Kemudian terjadi reaksi peradangan yang disertai pembentukan tuberkel, kaseosa sentral, jaringan parut, perkapuran dan bahkan pembentukan kaverna. Semua perubahan patologik ini mirip sekali dengan tuberkulosis sehingga perbedaannya hanya dapat ditentukan dengan menemukan jamur dan pembiakan jamur dari jaringan paru-paru. (Price, Sylvia A: 1995)
e.       Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung dan sebagian bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesia (terutama pada pasien obstetrik dan pembedahan darurat karena kurangnya persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada tiap pasien yang dianestesia dengan reflek batuk atau reflek muntah yang tertekan. Aspirasi ini dapat juga terjadi pada bayi atau pasien yang sangat lemah ketika sedang diberi minum tersedak, atau waktu muntah/gumoh sebagian makanan atau susu terhisap ke jalan pernafasan. Jenis pneumonia ini dapat sangat berat dan mempunyai tingkat mortalitas tinggi. (Ngastiyah : 1997; Price, Sylvia : 1995)

f.        Pneumonia hipostatik
Sering timbul pada dasar paru-paru dan disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya. (Price, Sylvia a : 1995)
g.       Sindrom loefler
Mekanisme dari infeksi cacing seperti ascaris pada anjing, toxocaris, ascaris pada kucing, cacing tambang. Cacing ini membuat lesi di paru.

E.     PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas yang menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris. (Mansjoer : 2000)

F.      KOMPLIKASI
Abses paru, efusi pleural, empiema, gagal nafas, perikarditis, meningitis dan atelektasis.
·        Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.
·        Efusi pleural dan empiema
Daerah yang sempit di antara dua selaput pleural secara normal berisi sejumlah kecil cairan yang membantu melumasi paru-paru. Sekitar 20% pasien yang diopname untuk radang paru-paru, cairan ini membangun di sekeliling paru-paru. Dalam banyak kasus terutama pada streptococcus pneumoniae, cairan tetap steril, tetapi ada kalanya dapat terkena infeksi dan bahkan berisi nanah (suatu kondisi yang disebut empiema). Radang paru-paru dapat juga disebabkan pleura sehingga terjadi peradangan yang mana dapat mengakibatkan terganggunya jalan nafas dan sakit yang akut.
·        Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang menyebabkan pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa berupa suatu kesulitan dari radang paru-paru (terutama sekali radang paru-paru pneumococcal) atau sebagian dari prosedur pelanggaran yang digunakan untuk melakukan efusi pleural.
·        Komplikasi radang paru-paru yang lain
Di dalam kasus-kasus yang jarang, infeksi peradangan mungkin dapat menyebar dari paru-paru ke hati dan dapat menyebar ke seluruh tubuh, kadang-kadang menyebabkan bisul pada otak dan bagian tubuh atau organ-organ yang lain. Hemoptisis yang parah (batuk darah) adalah komplikasi radang paru-paru serius yang lain. Selain itu komplikasi yang lain yaitu perikarditis, meningitis dan atelektasis.
·        Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang penting-penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien dengan radang paru-paru pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena perubahan mekanik dalam paru-paru yang disebabkan oleh radang paru-paru (kegagalan ventilatory) atau hilangnya oksigen di dalam nadi ketika radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi tidak normal (kegagalan pernapasan hypoxemic).


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates