Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/20/2013

Bronchopneumonia





A.     PENGERTIAN
·        Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate. (Whalley and Wong, 1996)
·        Bronchopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G Bare, 1993)
·        Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
(Sylvia Anderson, 1994)
·        Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. (Ngastiah, 2003)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing.

B.     ETIOLOGI
  1. Bakteri
Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.

  1. Virus
            Respiratory sintical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
  1. Jamur
Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergilus Sp, Candida albicans, Mycoplasma Pneumonia.
  1. Daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotic yang tidak sempurna.

C.     PATOFISIOLOGI
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekuler yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi broncus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut daripembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, asidosis respiratori pada klien terjadi sianosis, dipneu dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

D.    MANIFESTASI KLINIS
n  Suhu meningkat 39-40OC disertai menggigil
n  Napas sesak dan cepat
n  Pemeriksaan paru saat perkusi redup
n  Auskultasi: suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring
n  Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi bagian atas
n  Sakit kepala
n  Nyeri otot
n  Anoreksia

E.     KLASIFIKASI BERDASARKAN ANATOMI
1.      Lobaris
Terjadi di daerah lobus paru. Gejalanya seperti demam, anoreksia, napas cepat dan batuk.
2.      Lobubaris
Biasanya didahului oleh saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh 39-40oC dan kadang disertai kejang demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dipsneu, pernapasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung san mulut. Kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
3.      Interstitial (Bronkhiolus)
Terjadi di daerah interstitial. Pada jaringan ini ditemukan infiltrat sel radang, juga dapat ditemukan edema, dan akumulasi mucus serta eksudat. Karena adanya edema dan eksudat maka dapat terjadi obstruksi partial atau total pada bronkhiolus.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
n  Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan tes resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
n  Pemeriksaan Laboratorium
Ø  Leukosist à 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi
Ø  Pemeriksaan darah menurut lekositosis dengan lekositosis dengan prediominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan dan sedang.
n  Pemeriksaan radiologis
Ø  bercak konsolidasi merata pada bronchopneumonia
Ø  Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
Ø  gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrat intertitialis pada pneumonia stafilatok

G.    PENULARAN
Penyakit ini merupakan penyakit menular dengan cara penularan sebagai berikut:
  1. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva.
  2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi
  3. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi
  4. Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama

H.    PENCEGAHAN
  1. Hindari udara yang lembab
  2. Pastikan kebersihan makanan, diri dan lingkungan
  3. Tingkatkan daya tahan tubuh dan asupan gizi
  4. Anjurkan untuk imunisasi lengkap dan tepat waktu.

I.       PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 x 500 mg sehari atau tatrasiklin 3-4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Istirahat, umunya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b.      Simptomatik terhadap batuk.
c.       Diberikan mukolitik untuk mengencerkan lendir dan ekpektoran untuk memudahkan pengeluaran dahak atau getah radang dari paru.
d.      Bila terdapat obtruksi jalan napas, dan lendir diberikan broncodilator.
e.       Pemberian oksigen umumnya tidak diberikan kecuali kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
f.        Cairan intravena D5% dan KAEN 3A
g.       Atipiterik diberikan apabila demam
h.       Diet TKTP, selama masih sesak napas hati-hati dalam pemberian makanan per oral.

J.      KOMPLIKASI
  1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
  2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
  3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
  4. Infeksi sistemik
  5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
  6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA


Berhman. Kliegman, Arwin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta: EGC.
Betz, C.L. & Sowden, L.A. 2000. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Divisi Ilmiah. 1994. Buku Pintar Anak. Fakultas Kedokteran Yogyakarta: UGM..
Elizabeth, J.C. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
MsCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC. Jakarta: Morsby
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Nanda, 2001. Diagnosis Keperawatan NANDA: Klasifikasi dan Definisi 2001-2002. Alih Bahasa: Ani Haryani, dkk, Jakarta: PSIKO-BOZ UGM.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Prince, S.A. & Wilson L.M. 1005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jilid 2. Jakarta: EGC.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates