Download versi lengkap Disini
A. Definisi
A. Definisi
1. Osteomielitis adalah infeksi tulang ( Smeltzer, Suzzane C. Ed.8 ).
2. Osteomielitis adalah infeksi tulang yang digunakan oleh bakteri, tapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur (Harnawatiaj, 2008).
3. Osteomielitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan infeksi tulang (handout pak Asrin)
B. Klasifikasi
Menurut FKUI (1995), klasifikasi osteomelitis adalah :
1. Osteomielitis akut
2. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat.
3. Osteomielitis kronik
4. Adalah akiabt dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
C. Etiologi
Etiologi menurut Harnawatiaj, 2008 yaitu :
1. Staphylococcus aureus hemolitikus ( koagulasi positif ) sebanyak 90 % dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza ( 50 % ) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Organisme yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa, dan sebagainya.
4. Penyakit-penyakit infeksi lain, trauma.
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer,Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.
Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumplukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakuka insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbenutk dalam dindingnyaterbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dpat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif / cepat.
Menurut sumber Perpustakaan Nasional: KDT. 1998 .Manifestasi klinisnya ialah:
1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia : menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum tulang ke korteks tulang akan mengenai periosteum dan jaringan lunak dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkok, dan sangat nyeri tertekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdaya yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Jika osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut handout Pak Asrin, pemeriksaan penunjang pada osteomielitis adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a Hitung sel darah merah : meningkat
b Hitung sel darah putih : 2 kali meningkat dari normal
c Kondisi kronik : sering normal / naik sedikit
d Rata-rata pengendapan sel-sel darah putih : awal mungkin normal, meningkat dalam perkembangan penyakit
e Kultur darah : kalau ada bakterimia (50% positif).
2. Pemeriksaan radiografi
Radiografi tidak dapat membantu sepenuhnya sering terjadi kesalahan interpretasi pada minggu-minggu awal.
3. Tes diagnostic yang lain
a Scanning tulang (90% teridentifikasi)
b CT San
c Biopsy tulang : definitif diagnose.
Sedangkang menurut Harnawatiaj, 2008, pemeriksaan diagnostic yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat disertai peningkatan laju endap darah.
2. Kultur darah dan kultur abses
Untuk menentukan jenis antibiotic yang sesuai.
3. Pemeriksaan liter antibody-antistaphylococcus
Untuk menuntukan bakteri dan diikuti dengan uji sensitivitas.
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
5. Pemeriksaan biopsi tulang
6. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
7. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
Pada ostemiletis akut, pemeriksaan sinar x awal hanya menunjukkan pembengkkaan jaringan lunak, pada sekitar 2 minggu terhadap daerah dekalsivikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru.
8. Pemindahan tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi.
G. Komplikasi
Komplikasi menurut Dr. Rendra Leonas,SpBO adalah:
1. Komplikasi dini:
a Septicemia
b Pembentukan abses
c Septic arthritis
2. Komplikasi lanjut:
a Osteomielitis kronis
b Fraktur patologis
c Kontraktur sendi
d Gangguan pertumbuhan tulang
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Harnawatiaj, 2008 yaitu :
1. Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman dan mencegah terjadinya fraktur, istirahat lokal dengan bidai / traksi.
2. Istirahat dan pemberiaan analgetik untuk menghilangkan nyeri.
3. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai penyebab.
4. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika maka dilakukan drainase bedah.
Menurut FKUI (1995), penatalaksanaan pada kasus osteomielitis adalah :
Penatalaksanaan osteomielitis akut ialah:
1. Perawatan di rumah sakit
2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika
3. Pemeriksaan biakan darah
4. Antibiotika yang efektif terhadap gram negative maupun gram positif (broad spectrum) diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan dilakukan secara parenteral selama 3-6 minggu.
5. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
6. Tindakan pembedahan.
Banyak peneliti yang melakukan tindakan pembedahan pencegahan seperti yang dilakukan oleh TRUETA dengan alasan:
1. Dapat menegakkan diagnosis dan untuk pemeriksaan sensitifitas.
2. Mengurangi gangguan vaskularisasi yang disebabkan oleh penekanan.
3. Mengurangi rasa sakit dangan melakukan dekompresi terhadap jaringan yang terinfeksi.
Menurut FKUI, pembedahan pencegahan ini tidak memberi hasil memuaskan dan tindakan bedah sebaiknya dilakukan bila telah teraba suatu abses.
Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua jaringan yang mati disingkirkan. Antibiotika dapat diberikan secara sistemik atau lokal.
Indikasi untuk malakukan tindakan pembedahan ialah:
1. Adanya sequester
2. Adanya abses
3. Rasa sakit yang hebat
4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involucrum telah cukup kuat: mencegah terjadimya fraktur paska pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh:
1. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikro organism penyebab.
2. Dosis tidak adekuat
3. Lama pemberian tidak cukup
4. Timbulnya resistensi
5. Kesalahan hasil biakan (laboratorium)
6. Antibiotika antagonis
7. Kesalahan diagnostic
DAFTAR PUSTAKA
Perpustakaan Nasional:Katalog Dalam Terbitan (KDT).1998.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.Jakarta:EGC.
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth Volume 3 Edisi 8.Jakarta:EGC.
Staf FKUI.1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta:Binarupa Aksara.
Wilkinson, Judith M,2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC, Edisi 7.Jakarta : EGC.
Harnawatiaj. 2008.Infeksi Tulang.http://www.google/infeksi tulang.com (diakses tanggal 14 Maret 2008).
Leonas, Rendra. 2004.Infeksi Tulang Menyerang Anak sampai Usia 19 tahun.http://www.google/infeksi tulang menyerang anak sampai usia 19 tahun.com (diakses tanggal 10 Juli 2008)
No comments:
Post a Comment