Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/20/2013

Gangguan retina





  1. PENGERTIAN
Retina adalah bagian dari mata yang menerima cahaya, retina mengkoordinir dan meneruskan impuls dari sel – sel saraf reseptor ke saraf optikus. Gangguan pada retina itu sendiri meliputi ablasi retina / detachment retina ( pelepasan retina ), gangguan vaskuler retina, dan degeenerasi macula.

  1. KLASIFIKASI
Gangguan pada retina dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :
1.      Ablasi retina
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari lapisan epitel pigmen retina. ( Mansjoer, 2000 )
Ablasi retina adalah terlepasnya retina neurosensorik dari epitel pigmen retina retina. ( Smeltzer & Bare, 2000 )
Ablasi retina merupakan keadaan lepasnya retina yang diikuti dengan penimbunan cairan pada ruang potensial antara retina dengan sel pigmen epitel koroid. (Hyas, 1985, )
Ablasi retina atau pelepasan retina terjadi bila kedua lapisan retina terpisahkarena akumulasi cairan dan tarikan kontraksi badan vetrous ( Long, Barbara C.,1996:269 )
Ablasi retina didefinisikan sebagai terpisahnya retina atau bagian sensor mata dari koroid ( lapisan vaskuler yang berpigmen ) ( Reeves, Gayle Roox dan Robin Lockhart, 2001 : 13 )
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen retina ( Ilyas, 1998: 191 )

Ablasi retina ada 3 bentuk menurut Ilyas:
a.       Ablasi retina regmatogenesa
Pada ablasi retina regmatogenesa maka ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk kebelakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca air ( fluid vitreous ) yang masuk melalui robekan atu lubabg pada retina rongga sub retina sehingga mengapurkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen koroid.
b.      Ablasi retina eksudatif
Ablasi retina eksudatif, ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan sub retina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid ( ekstravasasi ). Hal ini disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkaat terlihat licin.
Penhlihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilanga atau menetap bertahun – tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.
c.       Ablasi retina tarikan atau traksi
Pada ablasi ini lepasnya jaringan terjadi akibat tarikan jaringan parut pda badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus, proliferatif, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam badan kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut dengan virektomi.
2.      Gangguan vaskuler retina
Gangguan yang terjadi pada pembuluh darah ( vena dan arteri ) retina. Macamnya :
a.       Oklusi vena retina central
Oklusi vena retina central adalah penyumbatan vena retina yang mengakibatkan gangguan perdarahan di dalam bola mata. Biasanya penyumbatan terletak dimana saja pada retina, akan tetapi lebih sering terletak di depan lamina kribrosa. Penyumbatan vena retina dapat terjadi pada suatu cabang kecil atau pembuluh vena utama ( vena retina central ), sehingga daerah yang terlibat memberi gejala sesuai dengan daerah yang diperdarahi. Suatu penyumbatan cabang vena retina lebih sering terdapat di daerah temporal atas atau temporal bawah.
b.      Oklusi vena retina cabang
Oklusi vena retina cabang adalah penyumbatan vena retina yang mengakibatkan kehilangan penglihatan secara bertahap ( jika area macula itu terkena )
c.       Oklusi arteri retina central
Pada oklusi arteri retina central ketajaman penglihatan menurun sampai hanya dapat menghitung jari  - jari atau lebih buruk dan lapang pandang terbatas. Hal ini diakibatkan terlambatnya pengaliran darah sehingga terjadi sumbatan pada oklusi arteri retina central.
3.      Degenerasi macula
Macula adalah daerah dengan ketajaman penglihatantertinggi pada retina. Degenerasi macula muncul seiring umur retina. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kehilangan penglihatan pada orang yang berusia lanjut.

  1. ETIOLOGI
    1. Ablasi retina
Trauma merupakan factor predisposisi untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat. Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasidi bagian periferdan ekstraksi katarak.
Ablasi dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma. Akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina ( rematogen ) atau terjadi penimbunman eksudat di bawah retina terangkat ( non rematogen ) atau tarikan tarikan jaringan parut pada badan kaca ( traksi ). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit kronik ( skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan penyakit toksemia gravidarum).
Menurut Ilyas, Sidharta, 1985 :
Factor predisposisinya dari ablasi retina :
1)      Degenerasi retina perifer
2)      Adanya kelainan vetreoretinal yang menyertainya.
Lepasnya retina dapat terjadi akibat eksudasi, tarikan dan terdapatnya robekan pada retina. Apabila karena suatu sebab terjadi gerakan pada badan kaca maka akan terjadi tarikan yanga menyebabkan robekan pada retina.
Resiko terjadi ablasi retina meningkat setelah umur 40 tahun dan paling
sering terjadi antara umur 50 sampai 70 tahun.
Factor resiko ablasi retina :
1)      Umur
2)      eEkstraksi katarak
3)      Degenerasi macula
4)      Trauma
5)      Myopia kro9nis
6)      Ablasi retina pada salah satu yang terjadi pada salah satu mata sebelumnya atau dimasa lalu.
7)      Riwayat keluarga ablasai retina.
    1. Gangguan vaskuler retina
a.       Oklusi vena retina central
sebab – sebab terjadinya penyumbatan vena retina central adalah :
1)      Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada proses arteriosclerosis atau jaringan pada lamina kribrosa
2)      Akibat penyakit pembuluh darah vena sendiri seperti flebosklerosis atau endoflebitis.
3)      Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti terdapat pada kelainan viskositas darah, diskrasia darah atau spasme arteri retina yang berhubungan.
Penyumbatanvena retina central mudah terjadi pada pasien glukoma, diabetes mellitus, hipertensi, kelainan darah, arteriosclerosis, papiledema, retinopati, radasi, dan penyakit pembuluh darah. Kelainan ini biasanya mengenai usia pertengahan.faktor penyulit oklusi vena retina central berupa perdarahan masif ke dalam retina terutama pada lapis serabut saraf retina dan tanda iskemia retina, penyulit lain yang dapat terjadi adalah glaucoma hemoragik atau neovaskular.
b.      Oklusi vena retina cabang
pasien yang mengalami oklusi vena retina cabang tidak menunjukkan tanda – tanda oklusi. Tapi jika area macula itu terkena, pasien biasanya mengeluh tiba – tiba klehilangan penglihatan. Kehikangan penglihatan secara bertahap dapat terjadi jika ada edema macula yang disebabkan oklusi vena retina cabang.
c.       Oklusi arteri retina central
Penyumbatan arteri retina central dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan embolus pada arteri, spasme pembuluh darah akibat terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Tempat tersumbatnya arteri retina cenbtral biasanya di daerah lamina kribrosa. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari penyakit embolijantung. Nodus – nodus reuma, carotid plaque atau emboli endokarditis. Penyebab spasme pembuluh lainnya antara lain pada migraine, keracunan alcohol, tembakau, atau timah hitam. Oklusi arteri retina central biasanya terdapat pada usia tua atau usia pertengahan. Penyulit yang dapat timbul adalah glaucoma neovaskuler. Tergantung pada letak dan namanya terjadi oklusi maka kadang – kadang visus dapat kembali normal tetapi lapang pandangnya menjadi kecil.

    1. Degenerasi macula.
Penyebab dari degenerasi makul;a ini belum diketahui dengan pasti. Degenerasi macula muncul seiring umur retina. Degenerasi macula merupakan penyebab yang paling umum pada kasus penglihatan pada orang tua lebih dari 60 tahun. Umumnya disebut degenerasi macula yang berkaitan dengan usia. ( age – related macular degeneration / AMD ).

  1. PATOFISIOLOGI
Ablasi retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina di bawahnya. Karena retina neurosensopri, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tidak mampu melakukan fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan.
Perubahan degeneratif menyebabkan penarikan pada retina, inilah yang biasanya menyebabkan robekan retina.
Badan vitreus adalah jaringan serabut kolagen yang terisi asam hialuronat dan air dan digantungkan kepermukaan dalam retina. Meskipun vitreus aslinya berupa gelatin, konsentrasi asam hialuronat berkurang sesuai bertambahnya usia, dan vitreus menjadi makin cair. Bila ini terjadi, penderita bias akan melihat adanya beberapa benda jernih terapung – apung ( floater ), suatu temuan yang normal. Likuefaksi akan memperburuk hubungan tahap serabut kolagen sehingga mengakibatkan menjadi kolaps dan bergerak ke depan. Ketika vitreus kolaps, biasanya menjadi mudah terpisah dengan retina posterior, namun pada beberapa kasus vitrus melekat pada bagian posterior retina dan menarik retina ketika mengalami kolaps, menyebabkan robekan.
Sedangkan pada vaskuler retina, ketijka artei retina central tersumbat akan terjadi kehilangan penglihatan ang tidak nyeri central retina arteri oklusion ( CRAO ) biasanya timbul sebagai konsekuensi penyakit emboli, yang biasa terlihat pada fibrilasi atrium dan pembentukan. Thrombus mural yang lepas ke peredaran darah cerebral, emboli dari katup jantung dan emboli yang timbul oleh arteri sclerosis. Sumbatan pada cabang mengakibatkan deficit lapang penglihatan yang dipasok oleh cabang tersebut. Bila terjadi penyumbatan embolus pada arteri retina yang kecil, akan terjadi terputusnya aliran darah dan retina mengalami iskemik. Kehilangan penglihatan periodic dikenal sebagai amourosis fugax. Penymbatan total dapat dilihat dengan memeriksa fundus yanga akan tampak sebagai retina pucat, perubahan arteri retinalis ( merah ), setipis benang terpotong – potong seperti mobil kotak dan bintik berwarna merah seri terang bila disinari melalui macula koroid.
Bila fovea mengalami kerusakan, gejala diakibatkan oleh kehilangan penglihatan central dan meliputi distori, pengaburan, atau kehilangan penglihatan total, kehilangan sensitifitas kontras, bertambahnya silau, dan tidak jelasnya penglihatan warna. Penglihatan perifer biasanya dapat dipertahankan dan pasien masih tetap bisa mandiri. Ini karena adanya degenerasi macula karena usia yang mana dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan central progresif dan mengakibatkan kebutaan.

  1. MANIFESTASI KLINIS
1.      Ablasi retina
Penderita merasa terjadi penurunan tajam penglihatan dan lapang pandang seperti tertutup tabir pada mata yang menderita ablasi retina. Hal ini terjadi karena akibat terlukanya macula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila macula lutea ikut terangkat. Pada pemeriksaan funduskopi retina.
2.      Gangguan vaskuler retina
a.       Oklusi retina central
Ditemukan gejala awal pada retina terdapat edema retina dan macula dan bercak – bercak ( eksudat ) wolkatun yang terdapat diantara bercak – bercak perdarahan. Papil edema dengan pulsasi vena menghilang karena penyumbatan biasanya terletak pada lamina kriorosa. Terdapat papil yang merah dan menonjol ( edema ) disertai pulsasi vena yang menghilang. Pada pemeriksaan fundus copi pasien dengan oklusi vena central akan terlihat vena yang berkelok – kelok edema pula dan retina, perdarahan berupa titik terutama bila terdapat penyumbatan vena yang tidak sempurna.
b.      Oklusi vena retina cabang
Pada sebagian pasien yang mengalami oklusi vena retina cabang mengeluh tiba – tiba kehilangan penglihatan. Kehilangan penglihatan ini dapat terjadi secara bertahap jika oedem macula yang disebabkan oleh oklusi vena retina cabang. Pada pemeriksaan ditemukan fundus okuler terlihat vena yang berkelok – kelok, edema macula dan retina, perdarahan berupa titik terutama bila terdapat penyumbatan vena yang tidak sempurna ( hal ini sama dengan oklusi retina central).
c.       Oklusi arteri retina central
keluhan pasien dengan oklusi artei retina central dimulai dengan penglihatan kabur yang hilang timbul

  1. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi  pada gangguan retina :
    1. Kebutaan
 Smeltzer & Bare, 2000; Ilyas, 1998 ).

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Ilyas ( 1985 ) dan mansjoer ( 2000 );
Pada pemeriksaan funduscopi retina berwarna abu – abu. Permukaan retina tidak rata dan terlihat seperti bergelombang.
Pembuluh darah diatas retina seprti berkelok – kelok sesuai dengan gelombang retina yang terangkat. Pada daerah ablasi tidak terlihat gambaran koroid normal.
Pada retina terlihat retina robek. Lubang pada retina dapat dilihat dengan melihat refleks merah koroid pada retina terangkat dan berwarna abu – abu. Robekan pada retina dapat berbentuk kolam kuda, lubang kecil atau bentuk bulan sabit. Rupture yang terjadi sering terlihat dui daerah temporalatas fundus okuli. Ablasi yang tinggi akan memberi warna lebih abu – abu. Tekanan bola mata pada ablasi retina dapat lrendah, normal ataupun tinggi tergantung pada lama proses dan luasnya abrasi retina.
Pada pemeriksaan ERG terlihat gelombang A dan B yang menurun.
Pada pemeriksaan angiografi fluoresin terlihat kebocoran dari daerah para papilar dan daerah yang berdekatan dengan tempatnya rupture. Di sini juga akan terlihat gangguan permeabilitas kokuo kapiler akibat rangsangan langsung badan kaca pada koroid. Dengan angiografi fluoresin ini dapat dibedakan antara abrasi primer atau sekunder. Pada angiografi fluoresin dapat terlihat adanya tumor atau peradangan yang merupakan penyebab ablasi sekunder.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates