I.
PENGERTIAN
§ Amputasi adalah penghilangan seluruh tubuh atau sebagian ekstremitas
(Jenifer, 1998: 192)
§ Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti
pancung. Dalam ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh
anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh (Soelarto
Reksoprodjo, 1995 : 581)
§ Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap
(Syamsuhidayat, 1997 :1282 )
§ Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh atau sebagian ekstremitas
atau sesuatu yang menonjol yang mengakibatkan cacat menetap
II.
INDIKASI AMPUTASI
Menurut Aston ( 1996) beberapa indikasi dilakukanya
amputasi yaitu :
a.
Trauma
Bagian ini bisa begitu jelas rusak
dan tidak mungkin bertahan hidup, pada kasus yang tak dapat dihindari amputasi
segera. Sebaiknya setelah usaha menyelamatkan ekstremitas, bisa menjadi jelas
bagian yang berguna tak dapat dicapai dan pasien lebih baik mulai memakai
ekstremitas palsu
b.
Insufisiensi vascular
Bila terdapat panyakit vascular
perifer yang berat dengan gangrain, maka amputasi pada tempat diatas tingkatan
dengan sirkulasi yang layak, mungkin diperlukan untuk menyelamatkan nyawa,
untuk menghilangkan nyeri dan untuk memungkinkan pasien hidup lebih normal
dengan ekstremitas palsu
c.
Tumor maligna
Amputasi pada banyak keadaan
neoplastik primer mungkin satu-satunya harapan menyelamatkan kehidupan pasien
d.
Indikasi lain
Bila pasien mempunyai ekstremitas
yang tak berguna baik akibat deformitas congenital yang berat atau paralisa
otot, kadang-kadang amputasi pada tempat yang direncanakan dengan baik
memungkinkan pasien untuk diberi ekstremitasnya sendiri
Menurut
syamsuhidayat (1997) indikasi ialah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh
penyakit pembuluh darah, cedera dan tumor ganas. Amputasi jarang dilakukan
karena infeksi, kelainan bawaan atau kelainan
neurologik seperti paralysis atau anesteria
Amputasi
sering dilakukan karena kelainan pembuluh pada orang tua dan makin jarang
karena trauma, kecuali luka perang. Karena kemajuan ilmu bedah vaskuler dan
teknik bedah osteosintesis, amputasi primer setelah cedera makin jarang
dilakukan. Didunia korban kehilangan tungkai karena menginjak ranjau semakin
banyak
Amputasi
atas indikasi tumor ganas jaringan lunak atau tulang merupakan salah satu
langkah penanggulangan yang biasanya terdiri dari pembedahan, radiasi dan
kemoterapi. Amputasi tangan dan lengan hanya dilakukan setelah trauma berat
dengan cidera syaraf atau pada tumor maligna. Sampai saat ini protesis tangan
untuk mengganti faal tangan mengecewakan :
Sedangkan menurut jenifer ( 1990 ) alasan dilakukanya
amputasi adalah :
a.
Nekrosis sebagai akibat dari
penyakit vaskuler perifer berat
b.
Untuk mencegah penjalaran tumor
c.
Untuk mencegah penjalaran
infeksi (gangrain gas)
d.
“Compuond fracture”: multiple
yang berat, misalnya “Crush Syndrome“
e.
Tidak adanya penyambungan
fraktur kronik pada fraktur
f.
Deformitas dengan gangguan
fungsi
III.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post
operasi amputasi antara lain :
·
Nyeri akut
·
Keterbatasan fisik
·
Pantom syndrome
·
Pasien mengeluhkan adanya
perasaan tidak nyaman
·
Adanya gangguan citra tubuh,
mudah marah, cepat tersinggung, pasien cenderung berdiam diri
IV. BATAS AMPUTASI
Batas amputasi ditentukan oleh luas
dan jenis penyakit. Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah
adekuat. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah bebas tumor
dab bebas resiko kekambuhan local, sedangkan pada penyakit pembuluh darah ditentukan
oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung. Umumnya dapat
dikatakan bahwa amputasi akan dilakukan sedistal mungkin.
Tempat amputasi ditentukan berdasar
dua factor :
Peredaran darah pada bagian itu dab
kegunaan fungsional ( missal sesuai kebutuhan prostesi ). Status peredaran
darah ekstremitas di evaluasi melalui pemeriksaan fisik dan uji tertentu.
Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan. Amputasi bawah lutut
lebih disukai disbanding amputasi atas lutut karena pentingnya sendi lutut dan
kebutuhan energi untuk berjalan. Dengan mempertahnkan lutut sangat berarti bagi
seorang lansia. Ia hanya bias berjalan dengan alat bantu dan hanya bias duduk
di kursi roda. Diartikulasi sendi lutut paling berhasil pada pasien muda aktif
yang masih mampu mengembangkan control yang paling tepat terhadap prostesis.
Bila dilakukan amputasi di atas lutut, pertahankan sebanyak mungkin panjangnya,
otot dibentuk dan distabilkan dan kontraktur pinggul dapat dicegah untuk
potensial ambulasi maksimal. Bila dilakukan amputasi distrikulasi sendi
pinggul, kebanyakan orang akan tergantung pada kursi roda dan mobilitasnya. (
Brunner dan Suddarth, 2001 )
Pada ekstrimitas atas tidak dipakai
batas amputasi tertentu, dianjurkan batas sedistal mungkin. Amputasi pada anak
menuntut perhatian khusus, karena tulang anak masih bertumbuh. Sebagian besar
pertumbuhan tungkai terjadi sekitar lutut dilempeng epifisis femur distal dan
lempeng epifisis tibia proksimal, tetapi di lenga sebaliknya pertumbuhan terjadi
jauh dari siku, yaitu di pergelanagn tangan dan lempeng epifisis humerus
proksimal. Setelah amputasi tungkai bawah pertumbuhan sisa ekstrimitas bawah
baik sekali, tetapi otot tidak mampu mengikuti pertumbuhan tulang
sehinggapuntung menjadi panjang tanpa perlindungan otot. Ujung tulang berbentuk
pacu yang hanya dilindungi kulit. Keadaan ini dicegah dengan membuat jembatan
osteoperiostal asitara tibia dan fibula. Amputasi pada orang tua lebih
bermasalah karena orang tua banyak mengalami kesulitan untuk dimobilisasi
setelah amputasi tungkai atas. Setelah amputasi tungkai bawah mobilisasi jauh
lebih baik.
Penilaian batas amputasi pada ekstrimitas bawah
(Sjamsuhidajat, 1997 ) yaitu:
1.
Jari dan kaki
Pada amputasi jari baik tangan maupun kaki penting untuk
mempertahankan falang dasar. Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang
baik. Amputasi di sendi-sendi torso-metatarsus lisfrance mengakibatkan pes
ekuinus dengan pembebanan berlebih pada kulit ujung puntung yang sukar
ditangani.
2.
Proksimal sendi pergelangan kaki
Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh
dan sehat sehingga dapat menutup ujung puntung.
3.
Tungkai bawah
Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan
18 cm dari sendi lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tingi badan.
Bila jarak dari sendi lutut <5 cm, prostesis mustahil dapat dikendalikan.
4.
Eksartikulasi lutut.
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik
sekali. Amputai ini dilakukan pada penderita geriatric.
5.
Tungkai atas
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak <10 cm di bawah
sendi panggul. Puntung yang kurang dari itu menyebabkan kontraktur
fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh <10 cm diatas sendi
lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar dibebani. Eksartikulasi dapat
menahan pembebanan .
6.
Sendi panggul dan
hemipelvektomi
Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor
ganas. Prostesis akan lebih sukar dipasang. Prostesis untuk hemipelvektomi
tersedia, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari penderita.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus bedah dengan amputas dengan
indikasi trauma pemeriksaan penunjang yang paling mendukung adalah pemeriksaan
foto rongten. Dan pemerikasaan laboratorium lain digunakan sebagai pendukung
dalam kelancaran pelaksanaan tindakan operasi (Sjamsuhidajat,1997)
VI. TEKNIK OPERASI
Menurut Aston (1996) perbedaan yang
jelas harus dibuat antara, disatu pihak amputasi pada kasus infeksi atau
kontaminasi seperti KLL atau pada perkelahian sipil atau militer (amputasi
darurat) dan dipihak lain amputasi bersh (amputasi definitive).
Amputasi darurat membutuhkan
perlindungan yang paling layak bagi semua jaringan yang terlihat dan tak
terkontaminasi. Amputasi definitive, tanpa sepsis atau potensi sepsis.
Pertimbangan utama adalah pemberian fungsi yang paling mungkin dengan atau
tanpa protesis.
Amputasi terbuka dikerjakan ada luka
kotor seperti luka perang atau infeksi berat antara lain gangrene. Pada cara
ini sayatan kulit dibuat secara sirkuler, sedangkan otot dipotong sedikit
proksimal dari sayatan kulit dan tulang digergaji sedikat proksimal dari otot.
Lika dibiarkan terbuka sampai infeksi teratasi, kemudian baru dikerjakan
reamputasi.
Pada amputasi tertutup dibuat flap
kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit
penutup ujung puntung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan diluar tempat
pembedahan prostesis yang akan dipasang. (Sjamsuhidajat, 1997)
VII.
KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi
perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang
dipotong dapat terjadi perdarahan massif. Infeksi merupakan komplikasi pada
semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah
amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit. (Brunner dan
Suddarth, 2001)
VIII.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasca bedah pasien
amputasi secara umum adalah dilakukan drainase luka selama 2-3 hari, pasien
boleh bangun setelah 2-3 hari. Aplikasi hebat pada puntung, pemasanga prostesis
segera setelah beberapa hari, prostesis permanent dipasang kemudian.
Prinsip fisioterapi pasca bedah
meliputi: untuk pencegahan kontraktur dilakukan dengan postur dan mengatur
posisi puntung dengan tepat, latihan-latihan yang ssesuai. Untuk mengatasi edema
yang yimbul dilakukan latihan-latihan untuk semua kelompok otot darin puntung,
bebat puntung, pemakaian tratur dari prostesis. (Jennifer, 1990)
IX.
PROSTESIS
Prostesis sementara kadang diberikan
pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan dapat dimulai. Kadang prostesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa penyulit.
Khususnya setelah amputasi karena penyakit pembuluh darah, prostesis sementara
baru dipasang setelah empat minggu. Keuntungan pemakaian prostesis sementara
adalah penderita dibiasakan menggunakan prostesis secara dini.
Prostesis dimaksud untuk mengganti
bagian ekstrimitas yang hilanh. Ini berarti efek system musculoskeletal harus
diatasi, termasuk efek faal. Tujuan ini sebagian besar dapat dicapai pada
ekstrimitas bawah. Untuk faali tangan yang sangat tergantung dari umpan balik
sensibilitas kulit maupun persendian jari. Tujuan ini sukar dicapai. Pemasangan
prostesis diadakan dngan kontak total, sebagai prostesis terbuka atau dengan
ruang tebaran rendah
X.
MASALAH PUNTUNG
Puntung memerlukan perawatan khusus
pembebanan tinggi dan kulit sukar menyesuaikan diri untuk faal baru itu. Kulit
dirawat dengan mandi setiap hari dan menggunakan kaos kaki yang harus diganti
setiap hari. Biasanya kulit puntung menunjukan pigmentasi dan edema. Pada edema
lama sering terdapat hiperplasi varikosa dengan hyperkeratosis. Kadang
prostesis isap harus diganti dengan prostesis kontak total untuk mengatasi
kelainan ini. Dermatitis karena alergi juga sering trjadi,
Sedangkan pada tempat tebaran seringkali
ditamukan kista, berupa kista epidemoid atau kista aterem. Polikulitis dan
furunkolosis sering ditemukan, umumnya karena kebersihan kulit diabaikan.
Nyeri puntung mungkin berasal dari
neuroma ujung syaraf yang terletak terlalu dekat permukaan. Neuroma dapat
ditemukan dengan palpasi, sebab menunjukan nyeri tekan local yang khas.
Terapinya adalah pembedahan untuk memindahkan ketempat yang lebih dalam dan
lebih terlindung dari tekanan. Masalah nyeri fantom kadang sukar diatasi.
Setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstrimitas yang hilang masih
ada, dan setiap penderita akan mengalaminya. Sebagian penderita merasa
terganggu sedangkan sebagian lagi merasakan sebagai nyeri. Pada keluhan nyeri
perlu dilakukan pemeriksaan telieti terhadap sumber nyeri yang mungkin berupa
prostesis yang tidak cocok sehingga menyebabkan rangsangan. Umumnya nyeri dapat
diobati secara kausal jika dermosis ditentukan. Pada nyeri fantom dilakukan
nyeri simptomatik
a
No comments:
Post a Comment