Pages

Ads 468x60px

About

Blogger news

Blogroll

Blogger news

1/18/2013

Mola hidatidosa





Download versi lengkap disini

 A.     PENGERTIAN
q         Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Hamilton, 1995).
q         Mola hidatidosa adalah kehamilan dini akan berkembang secara abnormal dan uterus terisi oleh gelembung-gelembung mirip buah anggur yang menghasilkan hormon korionik gonadotropin dalam jumlah yang sangat besar (Farrer, 1999).
q         Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Heller, 1986).
q         Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik (Mansjoer, 1999).
q         Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.

B.     ETIOLOGI
Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi protein. Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun dan paritas tinggi.
Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah anomali yaitu karena pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.

C.     PATOFISIOLOGI
Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang belum jelas menyebabkan chorionic vili berganda.
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Suatu agonesis yang lengkap/degenerasi dini dari sistem vaskularisasi buah kehamilan pada kehamilan minggu ke III – V.
Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas memproduksi hormon. Cairan ini dapat berupa gelembung yang dapat sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi kavum uteri.
Stroma vili dan kelembaban, terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma, adanya proliferasi dari trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya ada satu ovarium, kadang-kadang pada keduanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran tinju/kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista akan menghilang dengan sendirinya setelah mola dilahirkan.
(Mansjoer, 1999 : 266 dan Mochtar, 1998 : 239).

D.     MANIFESTASI KLINIK
Menurut Farrer (1999) dan Mansjoer (1999) :
-        Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
-        Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal dan teraba lunak serta bundar.
-        Jantung janin tidak terdengar.
-        Bagian tubuh janin tidak teraba.
-        Hiperemesis karena peningkatan HCl melampaui nilai normal dan preeklamsia timbul secara dini dan pada keadaan ini bila ditemukan perdarahan pervaginam mendekati akhir bulan ketiga yang sedikit dan berwarna gelap.
-        Kadang-kadang gelembung seperti buah anggur tampak keluar dari dalam vagina.
-        Tes urine untuk kehamilan menunjukkan hasil positif.

E.      KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (1999)
-        Anemia.
-        Syok.
-        Infeksi.
-        Eklamsia.
-        Tirotoksikosis.

-        Perdarahan hebat.
-        Anemis.
-        Syok.
-        Perforasi usus.
-        Keganasan.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.       Uji sonde uterus (Hanifa).
Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 3600 dengan deviasi sonde kurang dari 100.
2.       Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
3.       USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
4.       Foto thoraks ada gambaran emboli udara.
5.       Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
6.       Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia defisiensi besi, eritropoesis megaloblastik jarang.
7.       Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan kaitan pre eklamsia.

G.     PENATALAKSANAAN
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :
1.       Perbaikan keadaan umum.
§  Koreksi dehidrasi.
§  Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).
§  Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai dengan protokol penanganan dibagian obstetri.
§  Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.
2.       Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.
Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
§  Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin dan kadar beta HCG dan foto toraks), kecuali bila jaringan mola telah keuar spontan.
§  Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
§  Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc D5%.
§  Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu.
Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
§  Umur ibu 35 tahun atau lebih.
§  Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
3.       Pemeriksaan tindak lanjut.
Meliputi :
§  Lama pengawasan 1-2 tahun.
§  Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol.
§  Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai ditemukan kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.
§  Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya normal 6 x berturut-turut.
§  Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan foto thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
§   Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.


No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates